Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Orang "Zaman Now" (Dikit-dikit Tapi..)

1 Maret 2018   21:19 Diperbarui: 1 Maret 2018   21:46 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang zaman now "dikit-dikit TAPI".

Orang zaman now "dikit-dikit TAPI".

Hari ini seorang teman menyesal karena gak mau nyicil rumah 3 tahun lalu. Dari segi harga terjangkau. Tapi katanya, daerahnya masih sepi dan lokasinya jauh.... Kok menyesal? Karena sekarang, rumah itu udah mahal harganya. Lokasinya pun gak jauh dan udah rame. Terus masalahnya apa?

Gak ada masalah sih. Cuma zaman now gini, makin banyak aja orang yang ngomong dikit-dikit TAPI. Tapi inilah... Tapi itulah. Tapi, cuma buat alasan saja. Padahal, takut ambil keputusan takut ambil risiko. Salah kaprah, "tapi" dipakai cuma buat nyari-nyari alasan doang.

TAPI, dalam ilmu bahasa itu kata penghubung. Untuk menyatakan hal yang bertentangan atau tidak selaras. Namun, TAPI gak bisa sembarang dipakai. Karena konteksnya harus berhubungan, harus relevan. "Dia sudah belajar keras TAPI tidak lulus". TAPI pada kalimat itu benar.

TAPI, itu salah dipakai jika punya duit hanya cukup buat beli rumah di Bogor. Gak usah bilang kejauhan. Kalo duitnya banyak, ya silakan beli rumah di Jakarta.

TAPI itu salah dipakai. Bila sekolahnya bukan jurusan politik atau tata negara. Tapi kalo udah ngomongin politik atau negara kayak orang paling jago sejagat.

Gak tahu dah, kita emang suka gitu sih. Kebanyakan tapi... Dikit-dikit tapi. Semua urusan ada "tapi"-nya. Pantes gak kelar-kelar.

Dikit-dikit TAPI. Selalu saja cari-cari alasan.

Udah tahu disakitin mulu saat pacaran, tapi udah putus masih dikangenin aja.

Udah tahu tampangnya segitu doang, tapi dipoles melulu biar licin.

Udah tahu lampu merah, tapi nyelonong aja karena yang lain juga begitu katanya.

Udah tahu punya buku, tapi gak pernah dibaca karena sibuk dan gak ada waktu.

Udah tahu kolestorel tinggi, tapi makan gak ada yang dipantang.

Udah tahu anaknya mau jadi pilot, tapi bapaknya maksa jadi polisi.

Udah tahu presidennya ganteng, tapi masih dicari-cari aja yang jeleknya.

Udah ahhh, kebanyakan TAPI. Capekkk dechh...

Saran aja sih. Kalo bisa sih, kurangin atau hindarilah dikit-dikit TAPI.

Karena TAPI itu bukan sensasi. Bukan juga obsesi. TAPI juga bukan alasan untuk membenarkan yang salah. Mau sehebat apapun alasannya, sesuatu yang SALAH tidak bakal berubah jadi BENAR. Itu hukum.

TAPI itu bukan untuk pembenaran. TAPI itu untuk memperbaiki diri, untuk evaluasi diri. Lebih bersifat reflektif. "Saya memang salah TAPI saya berusaha untuk lebih baik".

Sudahlah, jangan dikit-dikit TAPI.

Ikuti saja hati nurani plus logika dikit. Kalo cocok silakan, kalo gak cocok ya sudah.

Kita itu akan terus merasa kurang. Kalo gak pernah merasa cukup. Maka katakan, apa yang ada dan dipunya sekarang CUKUP. Tanpa ada TAPI.

Gak usah "dikit-dikit TAPI". Hal apapun urusan apapun. Abaikan saja emosi dan rasa yang terlalu egois. Kembalilah ke hati nurani. Tanpa TAPI.... Mumpung masih ada kesempatan. Masih ada waktu untuk hidup lebih baik. Sebelum kita berbaring di ranjang kematian dan menyesali keputusan kita dahulu. Jangan lagi, dikit-dikit TAPI... ciamikk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun