Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan Dana Pensiun

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Ketua Dewas DPLK SAM - Humas ADPI - Asesor LSP Dana Pensiun Lisensi BNSP - Edukator Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 54 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengkritisi Nomenklatur PBI dan PSI di Perguruan Tinggi

22 September 2017   00:48 Diperbarui: 22 September 2017   10:37 1158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Justru itulah, sikap kritis saya munculkan. Karena perubahan nomenklatur ini terkesan hanya "membenahi" merek atau nama tapi tidak "membenahi" konten atau isi. JADI KITA INGIN ISINYA ATAU BUNGKUSNYA ?      

KATANYA, JANGAN MENILAI BUKU DARI SAMPULNYA? TAPI NOMENKLATUR INI, BISA JADI BUNGKUS MALAH MEMBINGUNGKAN ISINYA ...

Memang hidup kadang gak jelas. 

Orang politik ngomong agama. Orang agama ngomong politik. Orang hukum bicara ekonomi; orang ekonomi bicara hukum. Dan mungkin esok, orang bahasa bergaya sastra; orang sastra bergaya bahasa... Karena sebab nomenklatur.

Jadi, apa yang harus dilakukan dengan perubahan nomenklatur ini?

Sederhana saja buat saya. Tetaplah mengajar dengan baik dan berkualitas. Sambil tetap bertanya dalam hati dan bernyanyi, "mau dibawa ke mana pendidikan kita?" ... #NomenklaturPBI #NomenklaturPSI

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun