Di sebuah desa kecil yang tersembunyi di antara pegunungan berkabut, hiduplah seorang gadis kecil bernama Aeri, si bungsu dari dua bersaudara. Aeri bersama sang kakak tinggal dengan ibu mereka yang merupakan ibu tunggal. Aeri merupakan anak yang sangat periang, namun beberapa hari ini Aeri selalu merasa berbeda dan tidak merasa riang seperti biasanya. Kakaknya sering mengejeknya karena ia masih memiliki satu gigi susu yang belum tanggal, sementara teman-teman sebayanya sudah memiliki gigi dewasa yang kuat dan berkilau. Aeri merasa risih dan kekurangan rasa percaya diri.
      "Kenapa sih gigi susuku ini nggak mau lepas juga?" keluh Aeri pada sahabatnya, Yaya, sambil mengamati pantulan dirinya di cermin tua di kamar.
      "Siapa tahu gigi itu istimewa!" kata Yaya, berusaha menghibur.
      Namun, Aeri tetap merasa risih. Ia sering bermimpi tentang suara bisikan dari dalam mulutnya, seolah-olah gigi susunya berusaha memberitahunya sesuatu. Saat kecil, Aeri sering mendengar cerita ibunya tentang Peri Gigi, makhluk magis yang mengumpulkan gigi-gigi susu untuk membuat cahaya di Kerajaan Langit. Ibunya sering bercerita dan berkata,
      "Gigi susu terakhir yang tanggal dari seorang anak memiliki kekuatan terbesar," kata ibunya.
      "Jika diberikan pada Peri Gigi dengan hati yang tulus, ia bisa membawa keberuntungan. Tapi jika ada yang mencurinya, bisa membawa bencana."
      Kakaknya, yang sudah lebih besar, hanya tertawa. "Itu cuma dongeng!" katanya. Tapi Aeri kecil percaya dan mungkin terlalu percaya. Aeri percaya bahwa cerita itu bukanlah dongeng semata, namun ia yakin pasti peri gigi akan datang padanya suatu saat nanti.
Suatu malam saat sedang tertidur nyenyak di kamar bersama sahabatnya Yaya, Aeri terbangun karena merasa mendengar bisikan lirih dari suatu arah.
      "Aeri... tolong aku..." suara misterius itu berkata dengan nada lemah.
      Aeri tersadar lalu dengan cepat ia memegang giginya yang masih kokoh. "Apa ini?" pikirnya. Saat menatap cermin, bayangannya tiba-tiba berubah. Wajahnya tampak lebih tua, dan di belakangnya berdiri sesosok wanita mungil bercahaya dengan sayap perak. Aeri kaget dan merasa tidak percaya.
      "Aku Nana, Peri Gigi," katanya dengan suara lembut.