Atau, mungkin “Jadi selama ini hal yang aku lakukan untukmu itu tidak artinya?” mungkin ucapan tersebut tidak asing dan itu termasuk ke dalam guilt tripping.
Dampak yang dihasilkan oleh guilt trip ini juga dapat berupa gangguan kesehatan mental korban.
Menurut penelitian yang diterbitkan oleh ScienceDirect, munculnya rasa bersalah yang berlebih dapat menimbulkan potensi adanya kesehatan mental atau semakin memperburuk.
Salah satu beberapa gangguan kesehatan mental yang dapat muncul seperti kecemasan, obsessive compulsive disorder (OCD), atau bahkan depresi.
Secara tidak langsung perasaan bersalah ini dapat menimbulkan tekanan terhadap korban yang menyebabkan korba mengalami gangguan emosi hingga muncul perasaan sedih, menyesal, dan khawatir yang mendalam.
Hal ini juga dapat berdampak pada kesehatan tubuh yang mengakibatkan korban kurang tidur atau insomnia.
Dalam sebuah hubungan ada baiknya kita perlu terbuka dan memberikan kepercayaan terhadap pasangan. Dengan begini kita tidak perlu membuat orang tersebut merasa bersalah.
Perluanya rasa percaya diri dalam sebuah hubungan menjauhkan perilaku guilt trip ini sehingga terhindar dari toxic relationships.
Saling support satu sama lain dalam menjalani hari dan saling memberikan perhatian satu sama lain membantu kita dalam melakukan perilaku guilt trip.
Tak hanya itu, membuat korban merasa bersalah tetapi juga ketika kita melakukan silent treatment dan bersikap acuh kepada pasangan hal itu termasuk dalam perilaku guilt trip.