Mohon tunggu...
Syamsul Alam
Syamsul Alam Mohon Tunggu... Alumnus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Pena

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Phubbing di Era Digital

12 September 2025   07:15 Diperbarui: 12 September 2025   07:15 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Selanjutnya di Jepang, fenomena phubbing juga menjadi perhatian serius. Pada tahun 2017, pemerintah kota dari Fukuoka meluncurkan kampanye "Put Down Your Phone and Look at Me" yang bertujuan untuk mengingatkan orang-orang akan pentingnya interaksi sosial tanpa gangguan dari ponsel. Kampanye ini melibatkan distribusi poster dan stiker di berbagai tempat umum serta mengajak masyarakat untuk menghargai momen-momen bersama tanpa gangguan dari teknologi.

Bagaimana Dengan Indonesia?

Di Indonesia, kesadaran akan fenomena phubbing juga mulai meningkat, meskipun belum seintensif di negara-negara lain. Beberapa langkah telah diambil untuk meningkatkan kesadaran tentang dampak negatif phubbing dan mendorong perilaku yang lebih sadar terhadap penggunaan ponsel.

Salah satu contoh kampanye kesadaran tentang phubbing di Indonesia adalah melalui media sosial, di mana banyak akun dan halaman membagikan informasi dan meme tentang phubbing serta mendorong orang untuk lebih hadir secara sosial dalam interaksi sehari-hari. Selain itu, beberapa organisasi masyarakat atau komunitas juga telah mengadakan diskusi atau seminar tentang etika penggunaan ponsel dan dampak phubbing dalam hubungan sosial.

Namun, masih ada banyak ruang untuk meningkatkan kesadaran tentang phubbing di Indonesia. Dengan populasi yang semakin terhubung secara digital dan penggunaan ponsel yang semakin meningkat. Penting untuk terus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menghargai interaksi sosial langsung dan membatasi penggunaan ponsel saat bersama orang lain.

Tantangan Budaya Phubbing dalam Era Digital

Dalam era di mana ponsel dan perangkat digital menjadi semakin penting dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan ponsel yang berlebihan sering kali mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap orang-orang di sekitar kita, mengganggu kualitas interaksi sosial, dan bahkan menyebabkan perasaan diabaikan atau tidak dihargai.

Tantangan budaya phubbing dalam era digital melibatkan adanya pertarungan antara kebutuhan akan konektivitas digital dan kebutuhan akan koneksi sosial yang nyata. Meskipun teknologi telah memberikan kemudahan dalam berkomunikasi dan terhubung dengan orang-orang di seluruh dunia, namun terlalu bergantung pada perangkat digital juga dapat mengaburkan kehadiran dan kualitas interaksi manusia yang sebenarnya.

Fenomena ini semakin diperparah oleh fakta bahwa banyak aktivitas sosial dan komunikasi telah berpindah ke platform digital, menyebabkan gangguan dan distraksi yang lebih besar dalam interaksi tatap muka.

Tantangan budaya phubbing juga terkait dengan perubahan dalam norma sosial yang berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Penggunaan ponsel di berbagai konteks sosial, bahkan di tempat-tempat yang seharusnya menjadi waktu untuk interaksi langsung dan berkualitas, seperti saat makan bersama keluarga atau pertemuan dengan teman-teman, telah menjadi hal yang umum. Hal ini menimbulkan tantangan dalam merubah persepsi dan perilaku masyarakat terkait penggunaan ponsel dalam interaksi sosial.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun