Mohon tunggu...
Syamsi Wal Qamar
Syamsi Wal Qamar Mohon Tunggu... -

asli urang banjar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jilbab Hati vs Jilbab Fisik

22 Oktober 2014   15:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:08 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada ungkapan lebih baik hatinya dulu yang berjilbab ketimbang fisiknya, jelas tetap fisik yang utama karena dengan anda mengenakan jilbab berarti anda mengikuti salah satu peraturan dalam beragama, dengan kata lain dengan memakai jilbab berarti anda memiliki ciri orang yang beragama, sama halnya dengan seragam sekolah, ketika ada yang berseragam sekolah maka kita pasti menyangka dia itu pelajar lepas dari pintar atau tidak otaknya, dan ketika orang yang mengenakan seragam sekolah itu berada di mall pada saat jam pelajaran berlangsung , maka petugas berhak untuk menangkapnya, karena mereka memiliki ciri anak sekolah.

Menjilbabi hati beranalogi dengan khusyu’ dalam shalat. Kita harus khusyu’ ketika mengerjakan shalat. Melupakan segala hal yang bersifat duniawi dan hanya mengingat Allah SWT semata. Tentu saja, sangat sulit dilakukan. Tapi apakah lantas kita berhenti shalat karena merasa belum bisa khusyu? Sebaliknya, kita terus mengerjakan shalat dan sedikit demi sedikit terus belajar agar lebih khusyu’. Jika kita berhenti mengerjakan shalat, maka kita tidak akan tahu seperti apa rasanya khusyu’. Demikian juga hati, semestinya tidak menjadi penghalang ketika kita ingin mengenakan jilbab. Alangkah baiknya jika mulai hari ini kita kenakan jilbab, lalu seterusnya sedikit demi sedikit kita belajar memperbaiki hati kita.

Menjilbabi aurat, sebenarnya adalah menjilbabi hati juga. Mempercantik aurat sama halnya dengan mempercantik hati kita. Karena memakai jilbab adalah perintah paten dari Illahi Rabbi. Tidak bisa ditawar-tawab lagi kecuali bagi wanita-wanita yang tidak terkena kewajiban memakainya. Membayangkan gerahnya berjilbab di saat udara panas, meninggalkan baju-baju bagus yang dimiliki untuk diganti dengan busana muslimah, menutupi rambut dengan selembar jalabib padahal biasanya dipuji–puji orang karena indah berkilau, menutupi leher jenjang yang biasanya menjadi daya tarik tersendiri.

Memang memakai jilbab tidak bisa dipaksakan, apalagi kita yang sudah terbiasa berpuluh-puluh tahun jauh dari agama, dan karena Agama itu sendiri pun bukan suatu paksaan, Rasulullah saw di utus sebagai rahmat bukan sebagai azab, maka sudah seharusnya keberagamaan tumbuh dari sebuah kesadaran seorang hamba yang ingin memperbaiki diri menjadi lebih baik. Dan sudah seharusnya menjadi sifat seorang hamba untuk selalu taat dengan apa yang di perintahkan tuannya.

Sebenarnya mengapa wanita harus berjilbab?. Jawaban yang paling simpel adalah karena diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Berdasarkan dalil-dalil dari Al Qur’an dan Al Hadits, sebagai berikut :

1.Surah Al Ahzab, ayat 59

2.Surah Al Ahzab, ayat 33

3.Surah An Nur, ayat 31

4.Hadits yang mengancam wanita tidak masuk surga karena tidak berjilbab. Rasulullah SAW bersabda: Ada dua kelompok termasuk ahli neraka, aku belum pernah melihatnya: Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, mereka memukul manusia dengan cambuknya, dan wanita yang kasiyat (berpakain tapi telanjang baik karena tipis, atau pendek yang tidak menutup semua auratnya), Mailat mumilat (bergaya ketika berjalan, ingin diperhatikan orang) kepala mereka seperti punuk onta yang berpunuk dua. Mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan baunya padahal bau surga itu akan didapati dari sekian dan sekian (perjalanan 500 th). (HR. Muslim).

5.Ummu Salamah berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana wanita berbuat dengan pakaiannya yang menjulur ke bawah? Beliau bersabda: Hendaklah mereka memanjangkan satu jengkäl, lalu ia bertanya lagi: Bagaimana bila masih terbuka kakinya? Beliau menjawab: “Hendaknya menambah satu hasta, dan tidak boleh lebih”. (HR. Tirmidzi).

6.Kisah wanita yang akan berangkat menunaikan shalat ‘ied, ia tidak memiliki jilbab, maka diperintah oleh Rasulullah SAW: “Hendaknya Saudarinya meminjaminya Jilbab untuknya “. (HR. Bukhari).

Dari uraian di atas, sudah sepatutnya kita menyadari mana yang harus kita dahulukan antar syariat dan ego semata. jangan sampai ego kita menghalangi kecintaan dan ibadah kita kepada Allah SWT.

A.Kesimpulan

Pada akhirnya berjilbab bukan hanya sebuah identitas fisik sebagai seorang muslimah. Menutup aurat adalah perintah wajib yang merupakan bukti ketaatan terhadap perintah Allah SWT dan Rasul-Nya sebagaimana kewajiban shalat,puasa, haji bagi yang mampu, dan ibadah-ibadah lainnya. Ketika kita ingin menjadi muslimah yangkaaffah,maka sudah seharusnya kita terketuk untuk melaksanakan perintah-Nya. Wallahu ‘alam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun