Bagaimana jika Seorang Apoteker Tidak Hadir Secara Langsung?
Apakah kita bisa menerima program kesehatan jika harus  menghilangkan kehadiran dokter hanya karena jauh atau sulit? Begitu pun dengan peran apoteker. Menghapus apoteker dari sistem distribusi obat sama saja akan mempertaruhkan keselamatan pasien. Apoteker bukan sekedar penjaga apotek, bukan hanya sekedar menjaga toko obat. Apoteker merupakan bagian dari sistem kesehatan, dan mereka belajar bertahun-tahun untuk melindungi pasien dari bahayanya jika menggunakan obat secara salah.
Saya hanya merasa sedih, kami disini belajar dengan beban tekanan yang tinggi, jadwal kuliah dan praktikum yang padat, ilmu yang kompleks—hanya untuk melihat profesi ini seolah bisa digantikan oleh sistem tanpa wajah.
Saya tau bahwa negara Indonesia ini sangat luas, distribusi obat-obatannya belum merata ke semua wilayah, dan harus ada solusi atas masalah ini. Akan tetapi, mengapa harus dengan cara menghilangkan peran apoteker, kenapa bukan dengan memperkuat sistem, bukan malah mempermudah tanpa memikirkan risikonya?
Saya percaya, tujuan Apotek Plasma sebenarnya baik. Namun, pelaksanaannya perlu direvisi. Beberapa saran yang bisa dipertimbangkan yaitu :Â
1. Tetap mengadakan kunjungan apoteker ke daerah tersebut
2. Apoteker turut serta dalam mengedukasi masyarakatÂ
3. Menciptakan telefarmasi agar pasien tetap dapat konsultasi kepada apoteker
4. Menciptakan aturan yang lebih tegas demi keselamatan pasien
Apotek Plasma bisa menjadi jembatan, tapi bukan pengganti.
Solusi kesehatan di Indonesia seharusnya tetap memberi ruang bagi apoteker untuk menjalankan perannya: bukan hanya sebagai tenaga teknis, tapi juga pendidik, penjaga mutu, dan pelindung pasien. Akses kesehatan yang cepat memang penting. Tapi akses yang aman dan bermutu jauh lebih penting untuk keselamatan kita semua.