Mohon tunggu...
Syaiful  W HARAHAP
Syaiful W HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger

Pemerthati berita HIV/AIDS sbg media watch

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyoal Pengertian Seks Bebas di KBBI

9 April 2025   16:16 Diperbarui: 9 April 2025   16:16 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baca juga: Seks Bebas Jadi Biang Kerok Stigmatisasi terhadap ODHA di Indonesia (Kompasiana, 9/12/2024)

Soalnya, banyak orang kemudian menganggap Odha tertular HIV/AIDS karena zina atau hubungan seksual di luar nikah atau melacur.

Padahal, secara empiris penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual penetrasi (vaginal atau anal) bisa terjadi bukan karena sifat hubungan seksual (seks bebas, zina, melacur dan lain-lain), tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual yaitu salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom. Ini fakta!

Masih saja ada yang menganggap kasus HIV/AIDS pada PSK di lokalisasi pelacuran terjadi dengan sendirinya. Ketika diundang sebagai pembicara di Pekanbaru, Riau, pada pelatihan menulis berita HIV/AIDS dengan empati bagi wartawan, ada wartawan TV swasta nasional yang menggeleng ketika disebut bahwa kasus HIV/AIDS pada PSK bisa jadi ditularkan oleh laki-laki yang membeli seks.

Pengindonesiaan PLWHA jadi Odha dianjurkan oleh (Mendiang) Prof Dr Anton M. Moeliono di Pusat Bahasa ketika aktivis AIDS dari YPI (Yayasan Pelita Ilmu) Jakarta berkunjung ke sana (Syaiful W. Harahap, Pers Meliput AIDS, Penerbit Sinar Harapan/Ford Foundation, Jakarta, 2000, catatan kaki, hal. 17).

Menurut Prof Anton ketika itu (1995) istilah Odha lebih manusiawi daripada pengidap AIDS, penderita AIDS dan seterusnya.

Seks bebas dengan pijakan 'suka sama suka' yang juga terjadi pada pasangan yang pacaran dan pelaku perselingkuhan jelas ada komitmen dan ikatan emosional. Hal yang sama juga terjadi pada pasangan 'kumpul kebo' yang hidup bersama bak suami-istri tanpa ikatan pernikahan yang sah menurut agama dan hukum positif.

Begitu juga dengan pasangan yang hamil duluan sebelum menikah jelas mereka punya komitmen dan ikatan emosional.

Frasa 'dipercaya tidak sesuai dengan budaya Indonesia' adalah pernyataan yang subjektif karena tidak ada satu bangsa atau negara di dunia yang membenarkan hubungan seksual tanpa komitmen atau ikatan emosional yaitu hubungan seksual dengan kekerasan. <>

* Syaiful W Harahap adalah penulis buku: (1) PERS meliput AIDS, Pustaka Sinar Harapan dan The Ford Foundation, Jakarta, 2000; (2) Kapan Anda Harus Tes HIV?, LSM InfoKespro, Jakarta, 2002; (3) AIDS dan Kita, Mengasah Nurani, Menumbuhkan Empati, tim editor, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2014; (4) Menggugat Peran Media dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, YPTD, Jakarta, 2022. (Kontak via e-mail: syaifulwh@gmail.com).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun