Mohon tunggu...
Syaiful Rahman
Syaiful Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Saya suka membaca dan menulis. Namun, lebih suka rebahan sambil gabut dengan handphone.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Carok: Refleksi Jiwa Masyarakat Madura

23 Februari 2014   09:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:33 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Carok: Refleksi Jiwa Masyarakat Madura

Kalau kita mendengar kata Carok maka dalam benak kita terbayang masyarakat Madura yang ganas. Bagaimanapun Carok merupakan suatu tindakan saling membunuh yang tentunya sangat ditakuti. Kebanyakan orang menganggap bahwa orang-orang yang ber-Carok, mereka adalah orang-orang yang tidak takut mati. Atau ada yang mengira bahwa orang-orang yang ber-Carok adalah orang-orang yang memiliki kekebalan. Di sisi lain, akibat dari keberingasan budaya Carok membuat masyarakat Madura ditakuti oleh masyarakat-masyarakat lain.

Lalu apakah benar budaya Carok yang ada dalam tubuh masyarakat Madura itu karena keganasan masyarakatnya?

Baiklah, saya sebagai orang Madura kiranya perlu meluruskan tentang anggapan-anggapan negative terhadap orang-orang Madura. Di sini saya tidak bermaksud mengagum-ngagumkan masyarakat Madura. Pun tidak ada maksud membenarkan budaya Carok itu sendiri. Saya hanya akan berusaha menceritakan kenapa Carok itu terjadi dan bagaimana Carok itu sampai mendarah daging.

Untuk memulai penjelasan, saya ingin mengajak para pembaca untuk melihat diri kita masing-masing terlebih dahulu. Kita bertanya pada diri kita apa saja yang tidak kita sukai dari tindakan orang lain terhadap kita. Lalu apa yang akan kita lakukan terhadap orang yang tidak kita sukai itu.

Pada hakikatnya, setiap manusia (yang normal) tidak ingin hidupnya diganggu oleh orang lain. Diakui maupun tidak setiap orang tidak mau martabatnya diinjak-injak oleh orang lain. Mereka akan sangat geram sekali jika sampai ada yang berani mengusik atau mengganggu ketenangan hidupnya. Apa lagi kalau pikiran mereka sedang dilanda masalah, sehingga membuat dirinya sangat sensitive.

Nah, orang Madura sebagaimana pepatah mengatakan: Oreng Madura akantha sabbuk (Orang Madura layaknya ikat pinggang). Apa maksud dari pepatah itu? Orang Madura memang lemas (fleksibel, lemah lembut) sehingga tampak sopan santunnya. Tapi kelemasan itu juga bisa berubah ganas sahingga tampak beringas. Orang Madura akan tampak lemas jika pada orang yang lemas pula (orang yang tidak bersalah). Mereka (orangMadura) akan mudah menyesuaikan diri dengan siapa saja tanpa pandang buluh. Kalau ada orang yang berlaku baik maka mereka akan berlaku lebih baik lagi dari orang lain. Misalnya bertemu dengan seorang kiai, maka mereka akan berprilaku seperti seorang kiai pula. Tapi, jangan dianggap munafik atau seperti bunglon. Tindakan mereka semata-mata dilakukan memang dari dasar jiwanya yang lembut.

Namun, karena sifat fleksibelitas dan tidak pandang buluhnya itu membuat mereka akan berubah garang pada siapa saja yang berlaku salah. Mereka tidak akan melihat apakah lawannya kiai atau bahkan preman kelas kakap sekalipun. Mereka akan menentang dan melawan siapapun. Tindakan perlawanan dan penentangan itu bukan berarti mereka tidak takut mati atau kebal. Akan tetapi lebih pada jiwa kesatria. Mereka akan menjaga harga dirinya. Dalam benak mereka: lebih baik mati daripada harga dirinya diinjak-injak. Mereka akan melawan hingga titik darah terkhir.

Berdasarkan latar belakang itulah Carok muncul di Madura. Carok itu akan dilakukan jika orang Madura dihina atau diinjak martabatnya. Mereka akan menantang orang yang menghinanya berkabung sendiri-sendiri dalam gelap secara kesatria. Dan mereka tidak akan peduli dengan siapa mereka berhadapan, entah tentara, polisi, atau aparatur pemerintahan sekalipun.

Carok itu dilakukan dengan menggunakan sebuah celurit dan dilakukan di tempat yang jauh, yang tidak mungkin diganggu atau dihalangi. Tapi, ada juga yang dilakukan ditengah keramaian sekalipun jika darah sudah naik tak terkendali.

Carok itu ada yang terencana secara rapi ada pula yang tidak. Carok yang terencana biasanya antara kedua pen-Carok melakukan perjanjian terlebih dahulu. Sebelum melakukan Carok mereka akan pamitan dan minta doa terlebih dahulu pada kerabat-kerabatnya. Pada Carok terencana ini biasanya juga sebelum melaksanakan Carok mereka menyiapkan ilmu-ilmu kekebalan. Sedangkan Carok yang tak terencana biasanya terjadi kalau nafsu sudah tak terkendali. Misalnya permasalahannya sudah sangat pelik sekali, sangat melukai hati, atau sangat menghancurkan martabat. Sehingga orang yang merasa teraniaya tersebut langsung membawa celurit mencari orang yang menganiaya untuk ditebas lehernya.

Barangkali pembaca bertanya kenapa tidak diselesaikan secara kepolisian?

Baiklah akan saya bahas juga. Saya ingin bertanya dulu pada pembaca, apakah kepolisian akan menghukum orang yang melukai perasaan kita? Bukankah polisi baru akan menghukum jika ada bukti? Rasa tidak puas terhadap hokum yang berlaku itulah yang pada akhirnya membuat orang Madura melakukan Carok. Mereka memilih jalan Carok karena sudah merasakan luka dalam yang tidak mudah disembuhkan. Mereka akan puas jika sudah berhasil membalaskan sakit hatinya.

Pada umumnya masalah-masalah yang menimbulkan Carok adalah istrinya diganggu, haknya diganggu, fitnah, atau mengadu keberanian. Istrinya diganggu, misalnya ada orang yang meniduri istrinya atau mengintip istrinya yang sedang mandi, maka si suami tentu sangat geram pada yang mengintip sehingga memaksanya melakukan Carok. Factor inilah yang biasanya menyebabkan Carok dadakan atau tak terencana. Selain istrinya diganggu yang juga membuat Carok tak terencana adalah fitnah.

Jadi, adanya Carok bukan berarti masyarakat Madura ganas tanpa alasan. Mereka melakukan semua itu hanya demi membela martabatnya. Mereka tidak mau martabatnya diinjak-injak oleh orang lain. Akan tetapi, masyarakat Madura akan tetap bersikap lemah lebut selama tidak diganggu. Mereka akan berlaku sangat baik pada siapa saja.

Lalu bagaimana cara mengatasinya?

Pendidikan merupakan cara paling ampuh untuk mengatasi atau menghilangkan budaya Carok ini. Berkat majunya dunia pendidikan sehingga masyarakat Madura mulai berubah. Mereka mulai memilih jalan yang lebih baik dalam mengatasi masalahnya. Hingga saat ini jarang sekali ditemukan Carok di Madura. Kalau pun ada hanya terjadi pada orang-orang tua. Kalau dihitung mungkin hanya satu kali dalam dua atau tiga tahun tapi itu pun semakin jarang.

Oleh karena itu, bagi para pembaca tidak perlu menganggap miring adanya Carok. Dan juga tidak perlu berlebihan dalam memperlakukan orang-orang Madura. Sebenarnya mereka juga sama, mereka juga takut mati, mereka juga makan nasi. Sebaiknya mari kita bersama-sama berjuang membangun bangsa ini. Kita majukan Negara Indonesia tercinta ini. Mari kita bersatu, bergandengan tangan, satukan derap langkah kita demi Indonesia.

Surabaya, 22 Pebruari 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun