Beruntunglah bagi mereka yang sukses sehingga dapat membawa kehidupan ke dunia yang lebih baik. Tapi, seringkali ini dijadikan cerminan oleh sebagian orang untuk tidak melanjutkan pendidikan. Dalihnya: buat apa kuliah, toh si dia tidak kuliah juga bisa sukses kok.
Namun, amat memprihatinkan bagi mereka yang memilih jalur gelap. Akibat tidak memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi, ditambah labeling bahwa dirinya masuk pada kelompok bodoh, maka mereka memilih bergerombol dan masuk ruang-ruang kejahatan.
Kita bisa lihat perkembangan narkoba, pergaulan bebas, dan kejahatan-kejahatan lain yang ternyata banyak dilakukan oleh para pemuda. Ya, pemuda yang kesempatannya untuk mendapatkan pendidikan diamputasi oleh strata akademik, yang menurut saya, kurang manusiawi.
Ini menjadi problem yang akan berbahaya di masa depan. Saya belum berbicara kualitas pendidikan Indonesia. Namun, sistem pemberian kesempatan yang diskriminatif ini sungguh akan menjadi bayang-bayang gelap. Jika dibiarkan terus menerus, ini akan menjadi api dalam sekam.
So, mari kita pecahkan permasalahan ini bersama-sama. Kita lakukan yang terbaik semampu kita untuk menyelamatkan bangsa dan negara ini. Jumlah mereka yang tidak mendapat kesempatan mengenyam pendidikan tinggi jauh lebih banyak dibandingkan mereka yang mampu mengenyam.
Dengan demikian, ini membutuhkan kerja ekstra. Kalau tidak, relakah kita hidup dalam lingkaran kebodohan. Relakah kita membiarkan bangsa dan negara ini hancur. Peduli adalah kata kunci yang harus dimiliki oleh semua pihak.
Surabaya, 27 Januari 2017