"Pak, saham gorengan itu seperti apa sih? Kenapa bisa naik turun begitu cepat, dan kenapa banyak orang justru tergoda?"
Pertanyaan ini sering saya dengar, baik di kelas, seminar, hingga pesan pribadi dari pembaca. Jawabannya menarik karena melibatkan bukan hanya analisis pasar, tapi juga psikologi massa, logika ekonomi, dan sedikit kisah tentang kerakusan manusia.
Bagi saya, inilah saatnya membuka tabir tentang saham gorengan, bukan dengan bahasa teknis yang kaku, tapi dengan pendekatan sederhana dan menyenangkan. Karena seperti yang sering saya katakan:
"Ilmu ekonomi itu sebenarnya asik---kalau disampaikan dengan cara yang manusiawi."
Saham gorengan bukan istilah resmi di dunia keuangan. Ia adalah istilah pasar yang merujuk pada saham yang harganya dimanipulasi secara tidak wajar oleh pihak-pihak tertentu, biasanya dengan tujuan mengerek harga secara cepat agar tampak menguntungkan, lalu dijual sebelum harga anjlok kembali.
Proses ini sering disebut "pump and dump"---harga dipompa naik lewat rumor, aksi beli masif, atau sentimen palsu, lalu dilepas di puncak untuk meraup untung besar, meninggalkan investor kecil dalam kerugian.
Gorengan---dalam pengertian harfiah---memang renyah dan menggoda, tapi jika dikonsumsi berlebihan tanpa tahu bahan dan prosesnya, bisa membahayakan kesehatan. Analogi ini sangat tepat untuk menggambarkan saham sejenis ini.
Ciri-Ciri Saham Gorengan
Tidak semua saham murah adalah gorengan, dan tidak semua saham yang naik cepat itu manipulatif. Namun, saham gorengan memiliki beberapa pola khas yang dapat dideteksi sejak awal:
1. Lonjakan Harga Tidak Wajar
Jika sebuah saham naik puluhan hingga ratusan persen dalam waktu sangat singkat, padahal tidak ada berita bisnis, aksi korporasi, atau laporan keuangan baru, patut dicurigai. Kenaikan harga tanpa fundamental adalah sinyal merah pertama.
2. Volume Perdagangan Meningkat Drastis
Volume transaksi yang tiba-tiba melonjak tajam bisa menjadi petunjuk bahwa ada "pemain besar" yang sedang menggerakkan harga. Ini tidak selalu buruk, tapi jika diiringi volatilitas tinggi dan tidak ada katalis yang jelas, waspadalah.
3. Bid-Offer yang Tidak Rasional
Perhatikan order book saham tersebut. Saham gorengan sering memiliki antrean beli dan jual yang tidak seimbang---misalnya antrean beli sangat tebal, tapi antrean jual tipis. Ini bisa jadi manipulasi visual untuk menciptakan ilusi permintaan tinggi.
4. Dibicarakan Masif di Grup atau Media Sosial
Banyak saham gorengan "dipasarkan" lewat grup WA, Telegram, forum saham, atau bahkan influencer yang tiba-tiba mempromosikan saham tanpa landasan analisis. Ingat, keramaian bukan jaminan kebenaran.
5. Tidak Ada Laporan Keuangan yang Kuat
Saham gorengan seringkali berasal dari emiten yang jarang atau terlambat merilis laporan keuangan, atau laporan keuangannya menunjukkan kinerja buruk. Dalam beberapa kasus ekstrem, perusahaan bahkan tidak punya kegiatan usaha aktif.
Siapa Di Balik Saham Gorengan?
Dalam praktiknya, saham gorengan biasanya digerakkan oleh bandar---pihak yang punya dana besar, akses informasi, dan strategi untuk mengatur pergerakan harga. Mereka membeli dalam jumlah besar secara bertahap, menciptakan tren naik, lalu memancing investor ritel untuk ikut.
Ketika harga sudah tinggi dan antusiasme pasar memuncak, bandar melepas sahamnya sedikit demi sedikit. Hasilnya: harga turun tajam, investor ritel panik, dan bandar sudah keluar duluan dengan keuntungan besar.
Sebagai akademisi, saya tidak ingin menuduh siapa pun. Tapi sebagai pembelajar pasar yang rasional, saya tahu satu hal: saham gorengan tidak bisa diandalkan sebagai kendaraan membangun kekayaan jangka panjang. Ia seperti roller coaster tanpa sabuk pengaman.
Tips Menghindari Saham Gorengan
Berikut beberapa kiat praktis yang bisa diterapkan oleh investor pemula agar tidak terjebak:
- Cek laporan keuangan terakhir di situs resmi BEI atau emiten. Jika tidak tersedia atau tidak wajar, abaikan.
- Gunakan rasio keuangan sederhana, seperti ROE, DER, dan Net Profit Margin, untuk menyaring saham yang layak.
- Hindari keputusan beli karena rumor atau bisikan grup. Beli karena paham, bukan karena ikut-ikutan.
- Jangan tergoda oleh janji "cuan cepat." Investasi adalah proses, bukan undian.
- Ingat prinsip dasar: high return always comes with high risk. Jika terlihat terlalu indah, kemungkinan besar memang tidak nyata.
Logika dan Literasi sebagai Tameng
Saham gorengan menggoda karena memberikan ilusi kemudahan. Tapi ekonomi tidak pernah lepas dari hukum sebab-akibat. Harga saham yang sehat selalu bertumpu pada nilai bisnis yang nyata.
Maka, jika kita ingin menjadi investor yang bertahan lama dan tumbuh kuat, mulailah dari hal paling mendasar: pahami bisnisnya, pelajari angkanya, dan kendalikan emosi.
Karena seperti yang selalu saya katakan di setiap forum:
"Belajar ekonomi itu sebenarnya mudah dan menyenangkan---asal kita tidak menyerahkan logika kepada euforia."
Itulah cara asik belajar ilmu ekonomi---bukan dengan menjauhi risiko, tapi dengan menghadapinya secara sadar dan cerdas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI