2. Volume Perdagangan Meningkat Drastis
Volume transaksi yang tiba-tiba melonjak tajam bisa menjadi petunjuk bahwa ada "pemain besar" yang sedang menggerakkan harga. Ini tidak selalu buruk, tapi jika diiringi volatilitas tinggi dan tidak ada katalis yang jelas, waspadalah.
3. Bid-Offer yang Tidak Rasional
Perhatikan order book saham tersebut. Saham gorengan sering memiliki antrean beli dan jual yang tidak seimbang---misalnya antrean beli sangat tebal, tapi antrean jual tipis. Ini bisa jadi manipulasi visual untuk menciptakan ilusi permintaan tinggi.
4. Dibicarakan Masif di Grup atau Media Sosial
Banyak saham gorengan "dipasarkan" lewat grup WA, Telegram, forum saham, atau bahkan influencer yang tiba-tiba mempromosikan saham tanpa landasan analisis. Ingat, keramaian bukan jaminan kebenaran.
5. Tidak Ada Laporan Keuangan yang Kuat
Saham gorengan seringkali berasal dari emiten yang jarang atau terlambat merilis laporan keuangan, atau laporan keuangannya menunjukkan kinerja buruk. Dalam beberapa kasus ekstrem, perusahaan bahkan tidak punya kegiatan usaha aktif.
Siapa Di Balik Saham Gorengan?
Dalam praktiknya, saham gorengan biasanya digerakkan oleh bandar---pihak yang punya dana besar, akses informasi, dan strategi untuk mengatur pergerakan harga. Mereka membeli dalam jumlah besar secara bertahap, menciptakan tren naik, lalu memancing investor ritel untuk ikut.
Ketika harga sudah tinggi dan antusiasme pasar memuncak, bandar melepas sahamnya sedikit demi sedikit. Hasilnya: harga turun tajam, investor ritel panik, dan bandar sudah keluar duluan dengan keuntungan besar.