Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Nature

Zero Waste dalam Ekonomi Sirkular : Jalan Keluar atau Jalan Buntu?

20 April 2025   06:22 Diperbarui: 20 April 2025   06:22 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Zero Waste dalam Ekonomi Sirkular: Realitas yang Berkembang atau Sekadar Utopia?

Dalam era modern ini, isu lingkungan semakin mendesak perhatian global. Salah satu konsep yang muncul sebagai respons terhadap krisis sampah dan eksploitasi sumber daya alam adalah Zero Waste dalam kerangka Ekonomi Sirkular. Konsep ini menantang paradigma ekonomi linear yang selama ini dominan, yaitu "ambil, buat, buang". Sebagai seorang akademisi di bidang ekonomi industri, saya tertarik untuk mengeksplorasi apakah Zero Waste dalam Ekonomi Sirkular merupakan realitas yang dapat dicapai ataukah sekadar utopia yang sulit diwujudkan.

Apa Itu Zero Waste dan Ekonomi Sirkular?

Zero Waste adalah filosofi yang bertujuan untuk mendesain ulang sistem produksi dan konsumsi sehingga tidak ada limbah yang dihasilkan. Semua produk dan material dirancang untuk digunakan kembali, didaur ulang, atau dikomposkan, menghilangkan kebutuhan akan tempat pembuangan akhir. Sementara itu, Ekonomi Sirkular adalah sistem ekonomi yang berupaya menjaga nilai produk, material, dan sumber daya dalam ekonomi selama mungkin, mengurangi limbah dan konsumsi sumber daya. Keduanya bertujuan untuk menciptakan sistem yang lebih berkelanjutan dan efisien.

Studi Kasus: Kamikatsu dan Tilos

Untuk memahami penerapan konsep ini, mari kita lihat dua studi kasus yang menonjol:

  • Kamikatsu, Jepang: Kota kecil ini telah berhasil mendaur ulang lebih dari 80% sampahnya, jauh di atas rata-rata nasional Jepang yang hanya sekitar 20%. Penduduknya memisahkan sampah mereka ke dalam 45 kategori berbeda, menunjukkan komitmen yang luar biasa terhadap prinsip Zero Waste.
  • Tilos, Yunani: Pulau ini menjadi yang pertama di dunia yang mengadopsi model Zero Waste secara menyeluruh. Dengan dukungan perusahaan seperti Polygreen, Tilos berhasil mengelola sampah secara efisien, mengurangi ketergantungan pada tempat pembuangan akhir, dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah yang berkelanjutan. INSEAD Publishing

Tantangan dalam Mewujudkan Zero Waste

Meskipun ada contoh sukses, penerapan Zero Waste dalam skala global menghadapi berbagai tantangan:

  1. Infrastruktur yang Terbatas: Banyak negara, termasuk Indonesia, masih kekurangan fasilitas pengelolaan sampah yang memadai. Menurut analisis meta oleh Roland Berger dan Alliance to End Plastic Waste, 60% dari 192 negara yang diteliti memiliki sistem pengelolaan sampah yang kurang berkembang, dengan tingkat daur ulang plastik kurang dari 8%. Packaging Technology Today
  2. Kebiasaan Konsumen: Perubahan perilaku konsumen yang sudah terbiasa dengan produk sekali pakai memerlukan waktu dan pendidikan yang intensif.
  3. Desain Produk yang Tidak Mendukung Daur Ulang: Banyak produk masih dirancang tanpa mempertimbangkan kemudahan untuk didaur ulang atau digunakan kembali.
  4. Kebijakan yang Belum Mendukung: Di banyak negara, termasuk Indonesia, kebijakan yang mendukung ekonomi sirkular dan Zero Waste masih terbatas. Tanpa regulasi yang jelas dan insentif yang memadai, transisi menuju ekonomi sirkular menjadi sulit.

Peluang dan Solusi

Meskipun tantangan tersebut nyata, ada peluang besar untuk mengimplementasikan Zero Waste dalam Ekonomi Sirkular:

  1. Inovasi Teknologi: Perusahaan seperti Recykal di India telah mengembangkan platform digital yang menghubungkan produsen, konsumen, dan pengelola sampah, memfasilitasi proses daur ulang dan pengurangan limbah secara efisien. Wikipedia
  2. Edukasi dan Kesadaran Masyarakat: Kampanye edukasi yang efektif dapat mengubah perilaku konsumen, seperti yang dilakukan oleh komunitas di Prelog, Kroasia, yang berhasil meningkatkan tingkat pemisahan sampah melalui program pendidikan dan partisipasi masyarakat. Zero Waste Europe
  3. Kolaborasi Antar Sektor: Kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil sangat penting. Misalnya, di Petaluma, California, program "Sip, Return, Repeat" melibatkan 30 bisnis lokal dan masyarakat untuk mengurangi penggunaan gelas sekali pakai, menunjukkan pentingnya kolaborasi dalam mencapai tujuan Zero Waste. The Guardian

Sebagai seorang akademisi ekonomi industri, saya melihat bahwa Zero Waste dalam Ekonomi Sirkular bukanlah utopia, melainkan tujuan yang dapat dicapai dengan komitmen, inovasi, dan kolaborasi yang tepat. Meskipun tantangan yang dihadapi besar, contoh-contoh sukses di berbagai belahan dunia menunjukkan bahwa perubahan menuju sistem yang lebih berkelanjutan bukan hanya mungkin, tetapi juga mendesak. Dengan pendekatan yang holistik dan inklusif, kita dapat menciptakan ekonomi yang tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga ramah lingkungan dan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun