Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Struktur Pasar dalam Ekonomi Sirkular.

16 April 2025   00:51 Diperbarui: 16 April 2025   00:51 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Namun transisi ini tidak mulus. Dalam riset lapangan saya di 12 kawasan industri, ditemukan tiga fenomena unik:

Pertama, munculnya oligopoli daur ulang. Perusahaan pengolah limbah elektronik di Batam kini mengontrol 70% pasokan logam langka---posisi yang lebih kuat daripada produsen alat elektronik itu sendiri.

Kedua, perang standarisasi material. Empat konsorsium global sedang berebut menjadi penentu standar kemasan daur ulang---siapa yang menang akan menguasai akses ke pasar senilai $800 miliar.

Ketiga, redefinisi nilai merek. Survei Nielsen (2024) mengungkap 68% konsumen lebih percaya pada perusahaan dengan program take-back daripada iklan mahal.

Peta Jalan untuk Bertahan di Pasar Sirkular

Bagi pelaku bisnis yang ingin tetap relevan, tiga strategi ini patut dipertimbangkan:

  1. Beralih dari Kepemilikan ke Akses
    Perusahaan alat berat di Kalimantan mulai menawarkan jam operasional alih-alih menjual mesin. Hasilnya? Pendapatan naik 120% karena mesin digunakan 90% waktu (vs 30% di model lama).
  2. Membangun Material Banks
    Perusahaan konstruksi pionir menyimpan sisa material bangunan dalam "bank" digital---ketika proyek baru membutuhkan, mereka bisa "menarik" material yang sudah ada dengan biaya 60% lebih murah.
  3. Membentuk Aliansi Sirkular
    15 UMKM makanan di Jawa Tengah menciptakan ecosystem sharing untuk kemasan---mengurangi biaya packaging hingga 45% sekaligus memenuhi standar daur ulang.

Dunia di Mana Sampah adalah Mata Uang Baru

Pada kunjungan terakhir ke pabrik daur ulang di Sidoarjo, saya terpesona oleh tulisan di dinding:
"Di sini, kami tidak menjual produk---kami menjual masa depan yang bisa dipakai ulang."

Inilah esensi sebenarnya dari perubahan struktur pasar ini. Kita sedang menyaksikan kelahiran ekonomi di yang tidak lagi mengukur kesuksesan dari seberapa banyak kita memproduksi, tapi dari seberapa sedikit kita membuang.

Seperti kata bijak seorang pemulung senior di Bantar Gebang:
"Dulu orang lihat saya mengais sampah. Sekarang mereka bilang saya mengumpulkan aset. Padahal kerjanya sama, cuma sudut pandangnya yang beda."

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun