Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Dosen FEB, Peneliti, Penulis, Senang belajar https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pertumbuhan Ekonomi Inklusif; Perbankan Selular (128)

27 Februari 2024   06:30 Diperbarui: 27 Februari 2024   06:32 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Perkembangan teknologi telah mengubah lanskap perbankan secara dramatis dalam beberapa dekade terakhir. Salah satu inovasi paling signifikan adalah perbankan seluler, yang telah membuka pintu bagi inklusi keuangan yang lebih luas di seluruh dunia. Disini kita akan menjelajahi bagaimana perbankan seluler telah menjadi pilar pertumbuhan ekonomi inklusif.

Pertama-tama, perbankan seluler telah memperluas akses ke layanan keuangan kepada mereka yang sebelumnya tidak terlayani oleh institusi keuangan tradisional. Di banyak negara berkembang, terutama di daerah pedesaan atau terpencil, bank fisik seringkali sulit diakses. Namun, hampir setiap orang memiliki akses ke ponsel cerdas. Dengan demikian, perbankan seluler memungkinkan individu untuk membuka rekening, mentransfer uang, dan mengakses layanan keuangan lainnya tanpa harus mengunjungi kantor bank fisik.

Kedua, perbankan seluler telah memungkinkan inklusi keuangan bagi kelompok-kelompok yang sebelumnya diabaikan atau dianggap tidak menguntungkan oleh bank tradisional. Misalnya, para pekerja informal, wanita, dan kaum muda sering kali memiliki akses terbatas ke layanan keuangan konvensional karena berbagai alasan, mulai dari kurangnya jaminan hingga keterbatasan waktu. Namun, dengan perbankan seluler, mereka dapat dengan mudah membuka rekening, mengelola tabungan, dan bahkan mengakses kredit mikro untuk mendukung usaha kecil mereka.

Selain itu, perbankan seluler juga telah menjadi katalisator bagi inklusi keuangan melalui inovasi produk dan layanan. Misalnya, dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan dan analisis data, platform perbankan seluler dapat menawarkan solusi keuangan yang disesuaikan dengan kebutuhan individu, bahkan bagi mereka yang tidak memiliki riwayat kredit yang mapan. Ini memungkinkan mereka untuk mengakses layanan seperti pinjaman tanpa jaminan atau asuransi mikro dengan lebih mudah, membantu mengurangi kesenjangan keuangan yang ada.

Tidak hanya itu, perbankan seluler juga telah membuka peluang baru bagi inklusi keuangan melalui kolaborasi lintas sektor. Misalnya, kemitraan antara perbankan seluler, penyedia layanan teknologi keuangan (fintech), dan perusahaan-perusahaan non-keuangan telah memungkinkan pengembangan solusi inovatif seperti pembayaran digital, pinjaman berbasis peer-to-peer, dan layanan asuransi berbasis pay-as-you-go.

Namun, meskipun perbankan seluler telah membawa manfaat yang signifikan bagi inklusi keuangan, masih ada tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah aksesibilitas infrastruktur teknologi, terutama di daerah yang kurang berkembang atau terpencil. Selain itu, pendidikan keuangan dan literasi tetap penting agar individu dapat memanfaatkan layanan perbankan seluler dengan bijaksana dan memahami risiko yang terkait.

Secara keseluruhan, perbankan seluler telah membuktikan dirinya sebagai pilar pertumbuhan ekonomi inklusif dengan membuka akses ke layanan keuangan bagi mereka yang sebelumnya terpinggirkan. Dengan terus mendorong inovasi, kolaborasi, dan pendidikan, perbankan seluler memiliki potensi untuk terus memperluas dampaknya dalam mendorong inklusi keuangan yang lebih luas dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.


Berikut adalah beberapa contoh pengalaman keberhasilan perbankan seluler sebagai pilar pertumbuhan ekonomi inklusif di berbagai belahan dunia:

  1. M-*** di Kenya: M-*** adalah salah satu contoh paling sukses dari perbankan seluler di dunia. Diluncurkan pada tahun 2007 oleh operator telekomunikasi Kenya, S*********, M-*** memungkinkan pengguna untuk mentransfer uang, membayar tagihan, dan bahkan mengakses kredit melalui ponsel mereka. Ini telah mengubah cara masyarakat Kenya, terutama yang tinggal di daerah pedesaan, berinteraksi dengan layanan keuangan. M-*** telah membantu memperluas inklusi keuangan di Kenya secara signifikan, dengan jumlah rekening M-*** yang melebihi jumlah rekening bank tradisional.
  2. G*** di Filipina: G*** adalah platform perbankan seluler yang populer di Filipina. Diluncurkan oleh G*** Telecom, G*** telah membantu memperluas akses ke layanan keuangan bagi jutaan orang Filipina, terutama mereka yang tidak memiliki rekening bank. Melalui G***, pengguna dapat melakukan berbagai transaksi, termasuk pembayaran tagihan, pembelian pulsa, dan transfer uang dengan mudah dan aman melalui ponsel mereka. G*** juga telah berperan dalam memfasilitasi inklusi keuangan di Filipina dengan menyediakan akses ke layanan keuangan digital bagi mereka yang tinggal di daerah terpencil atau kurang berkembang.
  3. B*** di Bangladesh: B*** adalah layanan perbankan seluler terkemuka di Bangladesh, yang diluncurkan oleh B*** Bank pada tahun 2011. B*** telah menjadi pilar penting dalam memperluas inklusi keuangan di Bangladesh, sebuah negara di mana banyak orang masih tidak memiliki akses ke layanan keuangan formal. Melalui B***, pengguna dapat melakukan berbagai transaksi keuangan, seperti mentransfer uang, membayar tagihan, dan bahkan mengakses kredit mikro. B*** telah membantu masyarakat Bangladesh, terutama mereka yang tinggal di daerah pedesaan, untuk mengakses layanan keuangan dengan mudah dan terjangkau melalui ponsel mereka.
  4. A***** di China: A*****, yang dimiliki oleh A***** Group, adalah salah satu platform pembayaran seluler terbesar di dunia. Di China, A***** telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari bagi jutaan orang, memfasilitasi berbagai transaksi mulai dari pembayaran belanjaan hingga investasi. A***** telah berperan dalam mengurangi ketergantungan pada uang tunai dan kartu kredit di China, sambil membuka akses ke layanan keuangan bagi mereka yang sebelumnya tidak terlayani oleh lembaga keuangan tradisional.

Pengalaman dari platform-platform ini menunjukkan betapa perbankan seluler dapat menjadi pilar pertumbuhan ekonomi inklusif di berbagai negara dengan cara memperluas akses ke layanan keuangan bagi masyarakat yang sebelumnya terpinggirkan. Dengan terus mendorong inovasi dan kolaborasi, perbankan seluler memiliki potensi besar untuk terus memperluas dampaknya dalam mempromosikan inklusi keuangan dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif di seluruh dunia.


Meskipun perbankan seluler telah menjadi pilar pertumbuhan ekonomi inklusif yang signifikan di banyak bagian dunia, ada juga pengalaman kegagalan yang memberikan pelajaran berharga bagi industri dan pemangku kepentingan lainnya. Berikut adalah beberapa contoh pengalaman kegagalan perbankan seluler sebagai pilar pertumbuhan ekonomi inklusif di beberapa negara:

  1. Kurangnya Aksesibilitas Infrastruktur Teknologi: Di beberapa daerah terpencil atau kurang berkembang, infrastruktur teknologi yang kurang memadai menjadi hambatan utama bagi adopsi perbankan seluler. Tanpa akses yang memadai ke internet atau sinyal seluler, penduduk di daerah-daerah ini sulit untuk menggunakan layanan perbankan seluler, sehingga menghambat inklusi keuangan.
  2. Ketidakmampuan Mengatasi Masalah Keamanan dan Privasi: Salah satu kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi perbankan seluler adalah ketidakmampuan untuk mengatasi masalah keamanan dan privasi data. Pelanggan sering kali ragu untuk menggunakan layanan perbankan seluler jika mereka merasa bahwa data pribadi mereka tidak aman atau rentan terhadap penyalahgunaan.
  3. Kesulitan dalam Pendidikan dan Literasi Keuangan: Dalam beberapa kasus, kegagalan perbankan seluler sebagai pilar pertumbuhan ekonomi inklusif dapat disebabkan oleh kurangnya pendidikan dan literasi keuangan di antara populasi yang ditargetkan. Tanpa pemahaman yang cukup tentang cara menggunakan layanan perbankan seluler dengan bijaksana, individu mungkin tidak dapat memanfaatkan potensi penuh dari layanan tersebut.
  4. Hambatan Regulasi dan Kebijakan: Beberapa negara menghadapi kegagalan dalam menerapkan regulasi dan kebijakan yang mendukung pengembangan perbankan seluler. Regulasi yang tidak jelas atau tidak konsisten dapat menghambat pertumbuhan industri, sementara kebijakan yang tidak menguntungkan dapat menahan inovasi dan investasi.
  5. Keterbatasan Keberlanjutan Bisnis: Beberapa proyek perbankan seluler mungkin menghadapi kesulitan dalam menciptakan model bisnis yang berkelanjutan. Tanpa pendekatan yang tepat untuk menghasilkan pendapatan atau memastikan keberlanjutan finansial jangka panjang, proyek-proyek tersebut mungkin gagal dalam jangka waktu tertentu.

Melalui pemahaman mendalam tentang pengalaman kegagalan ini, kita dapat memperoleh wawasan berharga tentang tantangan yang perlu diatasi dalam mendorong pertumbuhan perbankan seluler sebagai pilar ekonomi inklusif di seluruh dunia. Dengan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan, kita dapat mengatasi hambatan-hambatan ini dan memanfaatkan potensi penuh perbankan seluler dalam memajukan inklusi keuangan dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun