Mohon tunggu...
Syahwa Aulia Novianti
Syahwa Aulia Novianti Mohon Tunggu... Mahasiswa

NIM : 43225010045 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PRODI AKUNTANSI (S1) UNIVERSITAS MERCU BUANA Prof.Apollo

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Diskursus 5 Tokoh Pentingnya Berpikir Positif Tentang Kehidupan

17 Oktober 2025   07:16 Diperbarui: 17 Oktober 2025   07:46 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penempatan Marcus Aurelius dan Epictetus di bagian awal menunjukkan bahwa esensi dari "pemikiran positif" terletak pada kontrol diri---memisahkan diri dari kejadian di luar (A dalam Model ABC) dan mengutamakan cara kita bereaksi terhadapnya (B). Kutipan mereka ("Anda memiliki kekuasaan atas pikiran Anda" dan "Bukan apa yang terjadi pada Anda, tetapi bagaimana Anda bereaksi. . . ") menjadi fondasi bagi semua pemikiran positif selanjutnya. Matriks ini dengan sangat baik menunjukkan bahwa "pemikiran positif" merupakan suatu spektrum filosofis yang berkembang. Ini tidak sekadar tentang perasaan bahagia, tetapi juga terkait dengan rasionalitas, pengendalian diri, dan sikap proaktif terhadap kenyataan. Kaitannya dengan Kehidupan Modern sangat tepat, menekankan bahwa kebijaksanaan kuno ini memberikan alat yang efektif untuk mendapatkan ketenangan batin, ketahanan mental, dan kesehatan emosional di tengah dunia yang rumit.

https://sg.docworkspace.com/d/sIOf14ffIAqPcxMcG?sa=601.1037
https://sg.docworkspace.com/d/sIOf14ffIAqPcxMcG?sa=601.1037

Teks ini memberikan ringkasan yang sangat jelas dan teratur mengenai seluruh pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya. Teks tersebut berhasil merangkum perjalanan panjang pemikiran positif dari filsafat kuno hingga psikologi masa kini dalam empat poin penetrasi yang tegas.

Stoisisme menekankan pada kendali diri (apa yang bisa kita ubah).
Eksistensialisme (Nietzsche) menyoroti penerimaan dan penguatan secara aktif (cinta pada apa yang telah terjadi).
Poin ketiga (Pragmatisme oleh William James) berperan sebagai jembatan penting yang mengalihkan perhatian dari penerimaan filosofis murni kepada kekuatan praktis keyakinan dalam membentuk hasil kehidupan---ini adalah langkah penting menuju psikologi yang diterapkan.

Sebuah penutup yang luar biasa karena memberikan pandangan historis dan filosofis mengenai Terapi Rasional Emotif Perilaku (REBT) yang diperkenalkan oleh Ellis. Ia menekankan bahwa terapi kognitif modern merupakan warisan dari kebijaksanaan kuno yang mengutamakan kekuatan pikiran dari dalam. Hubungan yang disajikan sangat jelas: dari menerima kenyataan hingga memanfaatkan keyakinan dan akhirnya merumuskan terapi rasional demi kehidupan yang lebih sehat secara emosional. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun