Mohon tunggu...
Syahrul Chelsky
Syahrul Chelsky Mohon Tunggu... Lainnya - Roman Poetican

90's Sadthetic

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Seperti Halnya Cinta, Kompasiana adalah Candu

12 November 2019   13:16 Diperbarui: 12 November 2019   13:32 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertamakali mengetahui nama saya masuk nomine Kompasiana Award 2019 untuk kategory Best in Fiction adalah pada enam November lalu, sekitar pukul sebelas pagi.

Saya sedang di kantor, dengan Torabika Kapucino di tangan kiri, dan sebungkus mi instan yang saya makan mentah di atas meja. Di samping mi instan tersebut, ponsel saya bergetar —kali ini bukan cuma hati saya—, pesan masuk dari sosok pemenang Best in Fiction Kompasiana tahun lalu, Mbak Wahyu Sapta, diiringi ucapan selamat, beliau mengirimkan gambar tangkapan layar yang memajang foto kuning saya berjejer bersama nomine Best in Fiction keren lain: Mas Mim, Mas Pringadi, Latifah "Young Lady" Maurinta, dan Mbak Amel Widya.

kompasiana.com
kompasiana.com
Saya tidak akan bercanda, tapi rasanya memang mirip seperti ketika cinta saya diterima oleh seseorang yang pada akhirnya meninggalkan saya —saya tak akan menulis tentang ini lebih jauh. Rasa sesak yang adalah bukan derita, namun perasaan bangga yang bercampur tak percaya.

Tentu saja saya kurang yakin pada awalnya, dan untuk memastikan, saya meminta link informasi valid yang memang memcantumkan nama saya sebagai nomine tersebut kepada Mbak Wahyu. Dan ternyata memang benar, ada nama saya di sana. Wow, sebuah kebanggaan bagi saya. Terlebih ketika saya menyadari, bahwa saya adalah salah satu dari sedikit kompasianer bercentang hijau yang menjadi nomine!

Saya benar-benar tak mengira bahwa saya bisa menjadi salah satu dari nomine Kompasiana Award 2019, karena, ya, sejak awal saya memang hanya menulis demi kesenangan diri saya sendiri. Tak ada niatan lain —meskipun terkadang nominal K-Reward cukup menggoda.

Seperti kebanyakan orang yang memiliki kehidupan dan rutinitas yang cukup membosankan, menulis —puisi dan cerpen lebih tepatnya—membuat saya merasa lebih terbebas dari nafas yang datar. Dan secara kebetulan pula, saya menemukan Kompasiana sebagai wadah yang bisa saya gunakan untuk menampung beberapa ide serta tulisan saya.

Saya bergabung dengan Kompasiana sejak tahun 2014, namun hampir tidak pernah menelurkan tulisan apa pun selama beberapa tahun. Yang bisa saya ingat hanyalah beberapa tulisan yang pernah saya publikasikan di rentang tahun 2017 hingga 2018—yang beberapa di antaranya sudah saya hapus atau dipindahkan—dengan kualitas yang minor tentunya.

Barulah sejak tahun 2019 ini saya mulai konsisten menulis di Kompasiana dengan beberapa jurus yang saya pelajari dari beberapa kompasianer lainnya. Sejak bulan Februari lalu, setidaknya saya bisa menerbitkan satu tulisan dalam tiga hari.

Pada awalnya saya tidak ingin keterusan, tapi karena puisi saya yang berjudul "Selamat Kehilangan Aku" diberi label "Artikel Utama" pada bulan Februari lalu, maka mulailah kecanduan saya terhadap platform yang satu ini.

Terus terang, saya haus akan penghargaan terhadap buah karya saya, penghargaan terakhir —sebelum Artikel Utama tersebut—yang saya dapat adalah sekitar 10 tahun yang lalu, saat kaligrafi saya memenangi lomba tingkat kecamatan. Benar-benar sudah lama sekali. Dan saya sungguh bersyukur, Kompasiana memberikan saya kepercayaan diri yang lebih berkat adanya penghargaan terhadap apa yang saya lakukan.

Sejak menerima label "Artikel Utama" pertama saya tersebut, kepercayaan diri saya semakin tumbuh dan saya mulai aktif menulis puisi atau pun cerpen. Saya mengikuti komunitas literasi, saya menghadiri acara pembacaan puisi, saya mulai memenangi beberapa event dan lomba menulis, dan puncaknya, pada bulan September lalu saya bisa menerbitkan buku kumpulan cerita pertama saya, disusul kemudian buku kumpulan puisi di bulan yang sama. Kendati saya memang menyukai hal-hal berbau seni sejak masih SD, namun karya saya nyaris tidak pernah tersalurkan dengan benar. Bagi saya, karya tulis adalah salah satu wujud dari seni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun