hari minggu adalah hal lain yang membuat aku tidak mengerti kenapa berdiri di dekat pintu tua rumah ini bisa terasa lebih sedih
ketimbang di hari-hari lain
dengan mata yang menerawang
pada segala, namun tanganku
tidak mengenggam apa-apa
suara-suara seperti menjauh
dari telingaku
lalu sekilas bayangan seorang bocah lelaki tanpa sepatah kata tertangkap
melompat ke dalam foto lama
di dalamnya seolah
kutemukan sebuah adegan
sewaktu ia berlari ke taman
menembus jalanan
dan ban bekas yang digulingkannya seperti salju yang jatuh dari tempat tinggi
sesekali pula ia masuk ke bagian lain
seperti merusak kaset pita betharia sonata kesayangan paman,
memakan telur dadar dan terong goreng,
atau berdiri di atas punggung seorang bapak yang menangisi hasil panen
sedikit kukenali bocah itu,
aroma tubuhnya yang pesing,
karena terlampau sering
menolak mandi akibat tak
dibelikan sepeda
oleh orangtuanya yang miskin
lalu menangis ia
di depan pintu ini
kadang-kadang di hari minggu begini
bayangannya lebih jelas
dan telanjang
melintasiku
di hadapan pintu tua ini pula
aku dapat mengingat bocah lelaki itu
dan ayahnya
yang sudah tiada
hari minggu sepertinya akan
selalu jadi hal lain
yang membuatku tidak lebih mengerti
kenapa aku ingin memeluk anakku lebih lama hari ini.
bukankah begitu, ayah?