Mohon tunggu...
Syahril Hidayat
Syahril Hidayat Mohon Tunggu... Dokter Karakter -

Pria kelahiran Cabangbungin daerah sulit dilacak yang memberanikan diri melisankan rasa lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Benteng Negara di Kota Istimewa

22 April 2019   16:29 Diperbarui: 23 April 2019   07:46 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arti Arjuna adalah cahaya putih yang lemah lembut | Museum Diorama

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya, prasa tersebut kiranya menjadi selogan yang laris manis setiap hari pahlawan tiba atau menjelang hari kemerdekaan. Saya sangat setuju akan hal tersebut, besar disini tidak hanya dalam artian besar luas wilayahnya, besar pendapatan negaranya atau besar jumlah penduduknya. Melainkan besar jiwa bangsa, besar rasa hormat, dan rasa persatuannya.

Bukan bangsa Indonesia bila tidak dikenal warga dunia adalah bangsa yang memiliki ragam budaya yang tinggi, mulai dari agama, budaya, ras, suku, bahasa, dan sebagainya. Tidak hanya itu, kekayaan yang melimpah ruah pada bangsa ini adalah anugerah terbesar yang patut seluruh penduduknya mensyukuri kepada Sang Pencipta. Hal tersebut sebenarnya yang menjadikan bangsa Indonesia primadona bagi bangsa lain dari zaman dahulu kala.

Penghadapan kita pada saat ini adalah mengisi dan mempertahankan keindahan bangsa kita agar tetap ada serta memperjuangkan paradigma negara kita adalah negara yang layak untuk disegani bangsa lain. Bagaimana semua tugas tersebut dapat kita bawa dengan mudah setiap hari sebagai penghuninya ? Tentu saja tugas tersebut tidak kita jinjing sendiri, tidak kita kerjakan sendiri melainkan dikerjakan secara bersama dan bersama-sama saling mengerjakan.

Rasanya sudah tak begitu menjadi poin penting dalam pembahasan kali ini untuk menjawab dari sebuah pertanyaan bagaimana cara menjalankan tugasnya ? Muatan materi dari sekolah dasar, menegah pertama, menengah atas, hingga perguruan tinggi semua itu sudah terjawab. Menjaga lingkungan, saling menghagai sesama tetangga, toleransi umat beragama, menjalankan musyawarah, menjunjung persatuan dan sebagainya. Sudah sangat rinci kita diajarkan bagaimana untuk menerapkannya. Sehingga banyak penilaian dari professor kehidupan menanggap bahwa kita sebagai manusia Indonesia kini sudah cerdas.

Dari sanalah kita sebagai bangsa perlu untuk selalu diingatkan. Apakah untuk mengingatkan hal ini menjadi tugas presiden atau tugas para menteri ? tentu jika tugas ini hanya dibebankan kepada pemimpin akan menjadi tugas terberat bagi mereka. Untunglah dalam kalender Masehi Indonesia ada beberapa hari dalam setahun yang dikhususkan untuk mengingat sejarah bangsa. Bertepatan tulisan ini dibuat, tanggal pada kalender tercatat sebagai hari Kartini (Minggu, 21/04/2019).

Wokshop bareng Bang Aswi dan Kang Ofi | Guru-Guru Hebat
Wokshop bareng Bang Aswi dan Kang Ofi | Guru-Guru Hebat

Melalui hari ini saya mengisi esensi dari sejarahnya hari ini yaitu menulis. Hingga pada akhirnya jauh sebelum hari ini tiba ada kesempatan baik yang saya dapatkan yaitu informasi kegiatan workshop menulis dan blog bersama Kompasiana dalam agenda litrasi disebuah Kabupaten di Jawa Barat. Tanpa banyak pertimbangan dengan penuh perjuangan saya rebut kesempatan berharga ini.

Kabupaten Purwakarta tempat dilaksanakannya pelatihan tersebut, tepatnya di pusat kota Istimewa dengan segala kebudayaannya, itulah yang saya rasakan pertama kali menjajakan diri di kota ini lebih dari lima tahun silam dan kembali tuk kesekian kalinya dengan rasa yang tetap sama. Hal yang menjadi lebih istimewa dalam kegiatan pelatihan menulis kali ini yaitu ketika dalam pelatihan peserta diperkenankan untuk berkeliling di sebuah museum bernama Museum Diorama Purwakarta.

Dari Museum Keliling Purwakarta naik sepeda ohh.. bahagianya
Dari Museum Keliling Purwakarta naik sepeda ohh.. bahagianya

Sambil menyelam minum air dan susu, paket three in one. Belajar, liburan, dan wawasan. Sungguh istimewa dihari Kartini kali ini. Belajar menulis sekaligus menuliskan apa yang sudah dipelajari ditambah membawa pulang wawasan sejarah bangsa. Betapa tidak 30 menit waktu yang diberikan dalam kesempatan berkeliling museum saya tak sedikitpun memanfaatkannya dengan sia-sia. Tiap sudut seakan terpana dengan sajian informasi yang diberikan. Dari belasan museum yang pernah saya kunjungi rasanya museum ini berbeda, lebih interaktif dengan peraga yang ada. Lebih nyaman dengan dekorasi yang tertera, lebih informatif dengan gaya penyampaian yang luar biasa. Museum milenial dengan segala kecanggihannya.

Buku Digital Sejarah Purwakarta Istimewa
Buku Digital Sejarah Purwakarta Istimewa

Maka itu, saya menyimpulkan bahwa ini adalah benteng, loh ko benteng ? mana ada benteng bentuk bangunan sepeti itu ? walaupun memang ada benteng yang dijadikan museum, setidaknya ada bagian yang berfungsi untuk mengintai dan bertahan atau ada sisa-sisa senjata yang tertinggal dari bangunan tersebut.

Benteng yang dimasud disini adalah benteng bukan dalam bentuk fisik atau bangunan seperti biasanya. Benteng yang saya maksud adalah benteng pertahanan untuk lintas generasi.

Ketua Komunitas Historia Indonesia Asep Kambali pernah mengatakan "Untuk menghancurkan sebuah bangsa cukup hancurkan ingatan anak muda dari sejarah bangsanya". Dalam hal ini saya setuju, mengingat sebuah pepatah populer Indonesia "tak kenal maka tak sayang". Jika kita tidak mengenal bangsa kita, kita tidak paham bagaimana perbatasan negara kita, bagaimana peranan bangsa kita dalam dunia internasional, dan bagaimana cita-cita bangsa kita yang sudah dititipkan bapak-bapak pendiri bangsa serta lainnya. Suatu saat sebagian wilayah kita disalahgunakan, direbut, bahkan kekayaan dicuri. Kita diam merasa bukan urusan kita, merasa tidak-tidak apa-apa yang penting ini itu tidak merugikan diri kita sebagai rakyat, Suatu saat kebudayaan bangsa kita dipertontonkan bangsa lain sebagai kebudayaan miliknya baru kita juga mempeributkan bahwa itu milik kita yang diakui. Atau lebih parahnya, cita-cita bangsa yang terpatri suci dalam pembukaan UUD 1945 sedikit dibelokkan kita bisu saja seolah tak paham yang seharusnya dilindungi itu segenap bangsa Indonesia, bukan segelintir bangsa asing, yang dicerdaskan itu kehidupan bangsa bukan diperdaya untuk kepentingan golongan semata, turut menciptakan perdamaian dunia yang seharusnya juga di negara sendiri harus diutamakan.

Itulah sedikit gambaran jika kita tidak mengenali negara kita dengan baik, bagaimana sebuah negara dapat dihancurkan dengan mudah hanya dengan menghancurkan ingatan anak muda dari sejarah bangsanya. Nah seperti yang saya katakan mengunjungi museum Diorama Purwakarta menjadi salah satu cara mengasikan kita belajar sejarah lintas generasi. Mengedepankan kearifan lokal yang dipadukan pada kemajuan teknologi bangsa berasa kita berada dalam lorong waktu. Kita melihat masa lampau dalam balutan teknologi zaman sekarang. Pada intinya mengunjungi museum ini akan membekaskan pengalaman yang istimewa.

Satu kalimat yang berhasil saya curi dari museum Diorama Purwakarta dan saya bawa pulang bersama kenangan adalah arti dari nama Purwakarta. Hayo apakah pembaca sudah tahu arti dari nama Purwakarta ? Dan bagaimana sejarah keputusan daerah terkenal istimewa ini diberi nama Purwakarta ? Jika sudah tahu boleh berikan jawaban komentar di bawah ini dan terima kasih telah mengenal kebudayaan bangsa kita sendiri. Jika kita belajar sejarah secara nasional dirasa berat minimal kita kenal sejarah tempat dan budaya lokal sambil perlahan kita kenali budaya bangsa lainnya. Mari kita bersama menjaga keindahan bangsa kita dalam rangka menjaga persatuan bangsa dalam balutan Bhinneka Tunggal Ika.

Burung Garuda Pancasila di Sudut Museum Diorama Purwakarta
Burung Garuda Pancasila di Sudut Museum Diorama Purwakarta

Selamat Hari Kartini, dan salam literasi

#FestivalLiterasiPurwakarta #KBandung #FestivalLiterasi #KompasianerPurwakarta #PurwakartaIstimewa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun