Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Guru Hanya Butuh Didengar, Bukan Dipuji

12 Oktober 2025   07:28 Diperbarui: 12 Oktober 2025   07:28 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tepuk tangan tidak wajib, tapi penghormatan perlu. Menghargai guru bukan hanya lewat upacara Hari Pendidikan Nasional atau piagam penghargaan, tapi lewat hal-hal kecil: mendengarkan pendapatnya, mempercayainya mengambil keputusan, memberi ruang untuk tumbuh. Itu bentuk penghargaan yang lebih berarti daripada sekadar ucapan seremonial.

Saya pernah melihat betapa berartinya perhatian sederhana. Ketika kepala sekolah datang ke ruang guru hanya untuk berkata, “Terima kasih, ya, sudah mengajar dengan sabar meski kelasnya sulit.” Seketika wajah guru-guru yang lelah berubah lembut. Karena dalam kalimat itu, ada pengakuan bahwa perjuangan mereka nyata.

Kalimat-kalimat seperti itu — yang membuat semua guru mengangguk — lahir bukan dari teori manajemen, tapi dari pengalaman panjang di lapangan. Ia tumbuh dari ruang-ruang kelas yang kadang panas, dari lembar-lembar nilai yang dikerjakan hingga larut malam, dari perasaan lelah yang ditelan sendiri tapi tetap tersenyum keesokan harinya.

Saya yakin, setiap guru punya versi kalimatnya sendiri. Tapi intinya sama: menjadi guru adalah tentang hati. Tentang sabar ketika tak dihargai, berpikir bahkan saat libur, bertahan meski sendirian, kecewa karena sistem, tapi tetap ingin dihormati dengan cara yang sederhana.

Profesi ini mungkin tak menjanjikan kemewahan, tapi menawarkan kebanggaan yang sulit dijelaskan: kebanggaan melihat murid tumbuh, meski dunia kadang lupa siapa yang menanam benihnya. Dan di sela segala kelelahan itu, kalimat-kalimat jujur seperti lima di atas selalu menjadi pengingat: bahwa menjadi guru adalah pekerjaan hati, bukan sekadar rutinitas.

Karena pada akhirnya, di dunia pendidikan, kata-kata punya kekuatan luar biasa. Sebuah kalimat sederhana bisa menghibur, menyemangati, atau menenangkan. Dan mungkin, setiap guru yang pernah merasa letih hanya butuh satu hal: diingat bahwa ia tidak sendirian.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun