Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Guru yang masih belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Siswa Drop Out, Gurunya Gagal?

28 Januari 2024   00:01 Diperbarui: 31 Januari 2024   08:30 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi putus sekolah. (ARSIP KOMPAS/TOTO SIHONO)

Oleh karena itu, kerja sama semua pihak diperlukan untuk memastikan seluruh anak Indonesia bisa mengenyam pendidikan tanpa terkendala biaya. Kemiskinan tidak boleh menjadi penghalang anak untuk memperoleh hak pendidikannya.

2. Kurangnya motivasi belajar

Beberapa siswa memiliki motivasi belajar yang rendah sehingga malas untuk bersekolah. Mereka lebih memilih untuk bermain, bekerja atau bahkan menikah dini. Guru sudah berupaya memotivasi, tapi jika dari dalam diri siswa sendiri tidak ada kemauan, maka sulit untuk dipaksakan.

Rendahnya motivasi belajar pada sebagian siswa ini perlu mendapat perhatian serius dari berbagai pihak. Siswa yang malas belajar dan lebih senang main-main rentan terjerumus ke pergaulan yang salah. Apalagi jika mereka berasal dari keluarga kurang harmonis, risikonya semakin besar. 

Oleh karena itu, guru dan orangtua harus bekerja sama untuk memotivasi dan mendampingi siswa agar tetap tekun belajar. Pemberian reward dan punishment yang tepat juga diperlukan agar siswa termotivasi mengikuti pelajaran dengan baik. 

Selain itu, penyediaan fasilitas rekreasi yang positif di sekolah juga penting agar siswa betah belajar dan tidak tergoda untuk membolos demi bermain. Dengan usaha bersama, diharapkan semangat belajar siswa bisa terus ditingkatkan.


Kegiatan hari gizi nasional. (Dokumentasi pribadi)
Kegiatan hari gizi nasional. (Dokumentasi pribadi)

3. Lingkungan pergaulan

Lingkungan pergaulan siswa juga berpengaruh besar. Jika bergaul dengan teman yang negatif, siswa bisa terpengaruh untuk melakukan hal-hal negatif termasuk putus sekolah. Meskipun guru sudah menasihati, tapi lingkungan pergaulan di luar sekolah juga harus diperhatikan.

Pengaruh pergaulan negatif ini sangat riskan bagi perkembangan karakter siswa. Jika sudah terjerumus, akan sulit untuk memperbaiki. Sebagai upaya pencegahan, pihak sekolah perlu bekerja sama dengan orangtua untuk memantau pergaulan siswa di luar sekolah. Klub dan komunitas positif perlu didorong agar siswa punya wadah berkumpul selain nongkrong tidak jelas. 

Di sisi lain, pembinaan mental dan karakter juga penting untuk membekali siswa agar tidak mudah terpengaruh hal negatif. Dengan pengawasan, pendampingan, dan pembinaan yang tepat, diharapkan siswa bisa terjaga dari pengaruh pergaulan yang merusak masa depannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun