Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Leaders Eat Last dalam Perspektif Islam

29 September 2025   09:28 Diperbarui: 29 September 2025   09:28 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Leaders Eat Last. (Sumber: https://theforge.defence.gov.au)

Bila Sinek menyajikan ini sebagai strategi manajemen yang efektif, Nabi Muhammad SAW meletakkannya sebagai ibadah. Mendahulukan orang lain adalah amal yang bernilai di hadapan Allah SWT. Ia bukan sekadar instrumen mencapai produktivitas, melainkan jalan menuju ridha Ilahi.

Orientasi Jangka Panjang

Kedua sumber ini, hadits dan buku, sama-sama menekankan orientasi jangka panjang. Sinek menunjukkan bahwa organisasi yang dipimpin dengan pengorbanan melahirkan loyalitas, kreativitas, dan daya tahan. Sebaliknya, organisasi yang dipimpin dengan rasa takut dan kompetisi internal akan cepat rapuh, meskipun terlihat kuat di luar.

Hadits Nabi Muhammad SAW juga memberi orientasi serupa. Komunitas yang berlandaskan adab dan akhlak akan bertahan jauh lebih lama daripada komunitas yang dibangun atas kepentingan sesaat. Keutamaan menunda hak pribadi demi orang lain adalah pondasi bagi solidaritas yang tahan uji waktu.

Konvergensi Hikmah

Konteksnya memang berbeda. Sinek berbicara tentang dunia bisnis, militer, dan organisasi abad ke-21. Nabi Muhammad SAW berbicara dalam majelis minum air yang sederhana. Namun di titik terdalam, keduanya bertemu. Pesannya universal: kepemimpinan bukan soal menjadi yang pertama, melainkan keberanian untuk menjadi yang terakhir.

Maka, hadits Nabi Muhammad SAW dan teori Sinek tidak berdiri saling bertentangan, melainkan saling meneguhkan. Yang satu lahir dari wahyu dan teladan hidup Nabi Muhammad SAW, yang lain dari pengamatan ilmiah atas dunia kerja modern. Jika digabungkan, keduanya menjadi panduan utuh: secara spiritual mendidik jiwa, secara praktis memperkuat organisasi.

***

Kepemimpinan yang otentik adalah seni menempatkan diri paling akhir. Pemimpin yang baik bukan hanya memastikan strategi berjalan, tetapi juga memastikan manusia di sekitarnya merasa aman, dihargai, dan dilindungi. Sinek menyebutnya leaders eat last. Nabi Muhammad SAW telah lebih dulu mencontohkannya melalui hadits singkat: "Saq al-qawm khiruhum syurban."

Di sinilah agama dan ilmu manajemen bertemu. Nilai universal tentang pengorbanan pemimpin telah diajarkan berabad-abad lalu, dan kini diteguhkan kembali oleh penelitian modern. Pertanyaannya tinggal satu: beranikah kita sebagai pemimpin---di rumah, di kampus, di perusahaan, atau di masyarakat---untuk betul-betul rela menjadi yang terakhir.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun