Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Kerja Bareng Saudara, Harmoni atau Ilusi?

23 Juli 2025   19:15 Diperbarui: 23 Juli 2025   19:15 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kerja bareng saudara atau orang lain. (Sumber: Freepik.com)

Kedekatan emosional dalam keluarga bisa mempererat solidaritas, tapi juga bisa membuat kritik profesional menjadi tabu. Dalam studi Zakia dan Pritasari, ditemukan bahwa banyak pegawai, baik keluarga maupun bukan, tak berani mengkritik atau menegur kesalahan saudara sendiri karena takut merusak hubungan keluarga.

Beberapa memilih melampiaskan lewat status di media sosial atau obrolan belakang. Ini membuat konflik tidak pernah terselesaikan secara terbuka. Relasi kerja menjadi medan yang penuh ranjau perasaan. Situasi seperti ini membuat profesionalisme menjadi barang mahal.

Bisnis Keluarga Bukan untuk Semua Keluarga

Apa pelajaran dari semua ini? Bahwa bisnis keluarga bukanlah jaminan harmoni. Bahkan, dalam banyak kasus, justru bisnis keluarga menjadi pemicu konflik baru karena batas antara pribadi dan profesional terlalu kabur.

Kerja bareng saudara bisa berhasil jika ada sistem yang adil untuk semua. Saudara diposisikan sesuai kapasitas, bukan karena garis keturunan. Ruang kritik dan evaluasi diciptakan secara sehat. Nilai organisasi dijaga dan ditegakkan, tak peduli siapa pelakunya.

Tanpa itu, kerja bareng saudara hanya akan jadi drama panjang berjudul "karena dia anak pemilik".

***

Pada akhirnya, pertanyaan "lebih mending kerja bareng saudara atau orang lain" sebaiknya dijawab bukan dengan hati yang hangat, tapi dengan kepala yang dingin.

Saudara bisa jadi rekan hebat jika sistemnya sehat. Orang lain bisa jadi musuh jika nilai-nilai organisasi dilanggar. Dalam dunia profesional, bukan darah yang menentukan segalanya, melainkan integritas, nilai bersama, dan keberanian untuk menegakkan keadilan, termasuk kepada keluarga sendiri.

Referensi

Echevarria, S. N. (2017). How working for a small family business impacts employee satisfaction and performance (Honors thesis, East Carolina University). https://thescholarship.ecu.edu/handle/10342/6364

Kuruppuge, R. H., & Gregar, A. (2018). Employees' organizational preferences: A study on family businesses. Economics & Sociology, 11(1), 255--266. https://doi.org/10.14254/2071-789X.2018/11-1/17

Zakia, M. R., & Pritasari, A. (2018). Kinship-based problems affecting the employee performance: A study case of family business in developing city in Indonesia. PEOPLE: International Journal of Social Sciences, 4(2), 1145--1165. https://doi.org/10.20319/pijss.2018.42.11451165

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun