Cobalah mencuri waktu kecil: 15 menit sebelum tidur, 10 menit setelah bangun, atau di sela istirahat makan siang. Buka catatan di ponsel, tulis satu paragraf. Terkadang, satu paragraf itu bisa tumbuh jadi satu artikel.
3. Konsumsi Bacaan Sehat
Seperti tubuh butuh makanan, tulisan butuh asupan ide. Bacalah tulisan penulis lain, buku, opini, bahkan komentar pembaca. Tapi jangan hanya konsumsi konten yang bising dan reaktif. Carilah bacaan yang membuatmu berpikir, merenung, dan ingin menjawab lewat tulisan.
Tulisan yang baik sering lahir dari percakapan diam antara satu bacaan dan pikiran kita sendiri.
4. Bangun Kebiasaan, Bukan Target Saja
Menulis bukan tentang harus viral hari ini atau terkenal bulan depan. Ini soal membentuk kebiasaan. Seperti orang berolahraga, bukan karena ingin ikut olimpiade, tapi karena ingin tetap sehat.
Tulislah secara rutin, meski pendek. Simpan di draf, bagikan jika siap, biarkan tumbuh perlahan. Penulis besar tidak lahir dari satu tulisan luar biasa, tapi dari ribuan tulisan biasa yang tidak berhenti dibuat.
***
Menulis di era digital bukan hanya soal algoritma, viralitas, atau strategi distribusi. Tapi tentang menyuarakan diri, membangun pengaruh yang jujur, dan meninggalkan jejak yang berarti.
Tulisanmu mungkin tak langsung mengubah dunia. Tapi bisa jadi, ia mengubah dunia kecil seseorang yang membacanya. Dan itu sudah cukup.
Terima kasih telah mengikuti seri Menulis agar Dibaca ini. Semoga kita semua tetap menulis---dengan senang, dengan semangat, dan dengan niat yang baik.