Dengan memfokuskan sumber daya pada kelompok yang lebih rentan---seperti mahasiswa dengan GPA rendah dan mahasiswa generasi pertama---perpustakaan dapat lebih efektif dalam meningkatkan keberhasilan akademis.Â
Ini menunjukkan sebuah pergeseran dari pendekatan yang lebih umum atau egaliter dalam penyediaan layanan pendidikan menjadi pendekatan yang lebih terfokus dan terpersonalisasi berdasarkan kebutuhan individu.
Namun, penggunaan model prediktif ini juga mengangkat pertanyaan tentang bagaimana data tersebut digunakan.Â
Ada risiko bahwa prediksi yang dilakukan bisa menciptakan "propesi yang menggenapi diri sendiri" di mana ekspektasi rendah terhadap mahasiswa tertentu mungkin secara tidak sengaja mendorong hasil yang lebih buruk.Â
Oleh karena itu, sangat penting untuk pendekatan ini diterapkan dengan cara yang mendukung dan konstruktif, memastikan bahwa semua mahasiswa memiliki kesempatan untuk berhasil, bukan hanya mereka yang model prediktif menunjukkan akan sukses.
Dari segi praktis, temuan dari penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh perpustakaan untuk mengembangkan strategi yang lebih baik dalam mendesain dan menyampaikan sesi instruksi.Â
Pemahaman yang lebih dalam tentang dampak spesifik instruksi perpustakaan terhadap berbagai demografi mahasiswa memungkinkan pustakawan untuk merancang program yang lebih relevan dan menggugah, yang dapat meningkatkan partisipasi dan, pada akhirnya, hasil pendidikan.
Selanjutnya, penting juga untuk mengakui batasan dari studi ini. Penulis menyatakan bahwa model yang digunakan tidak cukup akurat untuk dipergunakan dalam prediksi keberhasilan mahasiswa pada tingkat individu.Â
Hal ini mengingatkan kita pada kenyataan bahwa alat dan teknologi canggih masih perlu dikalibrasi dan ditingkatkan seiring waktu dan dengan adanya data tambahan.Â
Ini juga menyoroti kebutuhan akan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi metode lain yang mungkin memberikan hasil yang lebih akurat atau lebih aplikatif secara praktis.
***