Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ramadan dan Keberlanjutan

13 Maret 2024   06:30 Diperbarui: 13 Maret 2024   06:30 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ramadan dan keberlanjutan. (Freepik/brgfx)

Menggali Potensi Ramah Lingkungan

Ramadan, bulan suci bagi umat Islam, tidak hanya merupakan waktu untuk berpuasa, berdoa, dan introspeksi, tetapi juga kesempatan emas untuk merefleksikan praktik keberlanjutan dan kepedulian terhadap lingkungan. 

Dalam konteks ini, nilai-nilai keberlanjutan dapat ditanamkan melalui berbagai praktik ramah lingkungan yang sejalan dengan ajaran Islam.

Alquran menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dan harmoni dalam ciptaan Allah SWT. 

Ayat yang relevan dengan hal ini adalah surah Ar-Rahman ayat 7-9, yang menyatakan, "Langit telah Dia tinggikan dan Dia telah menciptakan timbangan (keadilan dan keseimbangan). Agar kamu tidak melampaui batas dalam timbangan itu. Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi timbangan itu." 

Ayat ini menggambarkan pentingnya menjaga keseimbangan alam dan menghindari pemborosan, sebuah prinsip yang sangat relevan dengan praktik keberlanjutan. 

Dari sisi hadis, Nabi Muhammad SAW telah memberikan contoh konkret tentang pentingnya menjaga lingkungan. 

Salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah menyatakan, "Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam menggunakan air, walaupun kalian berada di tepi sungai yang mengalir." 

Hadis ini mengajarkan umat Islam untuk selalu bertanggung jawab dalam menggunakan sumber daya alam, termasuk air, yang sangat berharga selama bulan Ramadan.

Selama Ramadan, praktik seperti mengurangi konsumsi, meminimalkan pemborosan makanan, menggunakan energi secara efisien, dan mengutamakan produk yang berkelanjutan dapat diintegrasikan dalam kehidupan sehari-hari. 

Misalnya, berbuka puasa dan sahur dengan makanan yang sederhana dan memadai, bukan berlebihan, dapat mengurangi jumlah sampah makanan. 

Lebih lanjut, menggunakan wadah makanan yang dapat digunakan kembali dan menghindari plastik sekali pakai adalah langkah kecil yang dapat membuat perbedaan besar.

Ramadan memberikan peluang bagi umat Islam untuk tidak hanya meningkatkan spiritualitas, tetapi juga untuk mempraktikkan gaya hidup yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. 

Melalui refleksi dan aksi nyata, umat Islam dapat berkontribusi pada pelestarian lingkungan, sejalan dengan ajaran Islam yang menghargai keharmonisan dan keseimbangan alam.

Aksi dan Dampak

Memperluas pemahaman tentang praktik ramah lingkungan selama Ramadan, kita dapat melihat lebih jauh bagaimana prinsip-prinsip ini dapat diintegrasikan dalam aspek-aspek kehidupan yang lebih luas, membawa dampak positif tidak hanya pada lingkungan tetapi juga pada komunitas dan ekonomi lokal.

Peningkatan kesadaran terhadap konsumsi yang bertanggung jawab merupakan langkah penting. Dalam Alquran, Allah SWT berfirman, "Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan." (QS. Al-A'raf: 31). 

Ayat ini mengajarkan moderasi dalam semua aspek kehidupan, termasuk konsumsi makanan dan penggunaan sumber daya, yang sangat relevan dengan prinsip keberlanjutan.

Dalam praktiknya, inisiatif seperti program daur ulang, penggunaan kembali barang-barang, dan komposting sisa makanan selama bulan Ramadan dapat membantu mengurangi jejak lingkungan. 

Masyarakat dapat berkolaborasi untuk membuat program berbagi makanan bagi yang membutuhkan, mengurangi pemborosan makanan sekaligus membantu mereka yang kurang mampu. 

Hal ini sejalan dengan hadis Nabi Muhammad SAW, "Barang siapa yang memberi makan kepada orang yang berpuasa, ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut sedikit pun." (HR. Tirmidzi).

Selain itu, Ramadan juga menjadi waktu yang tepat untuk meningkatkan investasi dalam produk-produk berkelanjutan dan ekonomi hijau. 

Mengutamakan produk lokal dan organik tidak hanya mendukung ekonomi lokal tetapi juga mengurangi dampak lingkungan akibat transportasi jarak jauh. 

Langkah-langkah seperti ini menunjukkan bagaimana kegiatan ekonomi dapat dijalankan dengan cara yang lebih harmonis dengan alam.

Pendidikan dan sosialisasi tentang keberlanjutan juga krusial. Masjid dan pusat-pusat otoritas keagamaan dapat menjadi pusat informasi dan edukasi tentang praktik keberlanjutan. 

Workshop, seminar, dan kegiatan interaktif selama Ramadan dapat meningkatkan kesadaran dan keterampilan masyarakat dalam praktik ramah lingkungan.

Terakhir, Ramadan memberikan momentum untuk refleksi dan perubahan perilaku yang lebih luas. 

Dengan memulai dari diri sendiri dan keluarga, perubahan kecil dapat menginspirasi komunitas dan akhirnya menciptakan gelombang perubahan positif yang lebih besar.

***

Melalui integrasi nilai-nilai keberlanjutan dalam praktik Ramadan, umat Islam tidak hanya dapat meningkatkan spiritualitas mereka tetapi juga berkontribusi secara signifikan terhadap pelestarian lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan. 

Ini merupakan manifestasi nyata dari ajaran Islam yang mengajarkan keseimbangan dan harmoni antara manusia dan alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun