Mohon tunggu...
Ahmad Sahid
Ahmad Sahid Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Ahmad Sahid, pangilan akrabnya Ahmad, merupakan salah satu mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum UNY,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nasib Spd Tanpa PPG

7 April 2014   21:19 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:57 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

NASIB Spd TANPA PPG

Ahir-ahir ini banyak para mahasiswa khususnya kependidikan dikeluhkan dengan adanya kebijakan setelah lulus sarjana untuk bisa menjadi guru serta sertifikasi harus ikut program PPG, selam 1 tahun. Dari sisi tujuan tentunya hal ini pasti mempunyai tujuan yang baik, dan untuk meningkatkan keprofesionalan guru, tetapi yang disayangkan hal ini berdampak pada proses pembelajaran dibangku kuliah. Banyak angapan ketika kuliah di dalam kelas menjadi tak berarti lagi. Akibatnya semangat akademisi pun menurun.

Disisi lain banyak juga mahasiswa mempertanyakankeberadaanya Spd nya. Apakah setelah lulus sarjana dan tidak mengikuti PPG gelar itu akan sia-sia atau bahkan gelar tersebut atau bahkan akan hilang begitu saja Begitu tidak mudahnya untuk bisa meraih dan lulus dalam bangku kuliah, mulai dari KKN, kemudian skripsi dan lain sebagainya. Begitu banyak juga pengorbanan yang sudah diperjuangkan baik itu pikiran, tenaga maupun sisi finansial yang sulit dibayangkan berapa jumlahnya.

Dalam dunia akademi khususnya kependidikan didalamnya tentunya juga sudah banyak materi-materi, maupun dalam praktek, yang sudah banyak mengandung unsur-unsur yang cukup untuk bisa menjadi seorang guru. Hampir disetiap mata kuliah diberi rambu-rambu bahwa besuk kalian itu akan mengajarkan materi yang telah disampaikan dosen itu pada murid-muridnya, sehingga memantapkan tekad akademisi umtuk terus berjuang dengan sunguh-sunguh dalam mengeluti dunia pendidikan. Tetapi yang dikhawatirkan akan kemanakah nasib Spd tanpa PPG, dikarenakan adanya kendala dalam pembiayaan.

PPG juga membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit. Padahal sebagian besar mahasiwa juga masih mengantungkan hidupnys pada orang tuanya masing-masing. Harapan oramng tua sendiri setelah selesai 4 tahun kebanyakan daeri mereka menginginkan putra putrinya sudah dapat menempati profesi sebagai guru, mengingat pengorbanan dari orang tua sendiri juga tidak sedikit baik dalam materi maupun spiritual. Sehingga harapan mereka putra putrinya bisa mandiri dan mempunyai penghasilan untuk memenuhi kebutuhanya.

Iniah pro kontra dari adanya program PPG. Disamping mahasiswa yang khawatir tentunya juga orang tua yang mengalami ketidak nyamanan dengan fenomena ini. Memang selain PPG ada salah satu program yang sangat di ungulkan yaitu melaui SM3T, tetapi tidak semua lulusan bisa ikut yang namanya SM3T, karena juga harus melalui seleksi yang begitu ketat, dan melaui proses-proses yang tidak mudah.

Bagaimanakah nasibnya nanti para sarjana yang sudah lulus tetapi tidak bisa mengikuti PPG. Apakah nantinya akan terlantar, dan membebani negara, karena tingkat penganguran yang semakin tinggi dari tahun ke tabhun.Bagaimanapun juga kalu hal ini tidak diatasi dengan sebaik-baiknya, maka akan menimbulkan masalah baru yang akan semakin memberatkan negara ini. Bagaimanakah jupara orang tua kedepanya dalam menghadapi permasalahan ini. Semua itu akan beres kalu nantinya pemimpin kita yang akan datang benar-benar berpihak kepada nasib para sarjana ini. Tetapi kalu nantinya para pemimpin yangb akan datang, justru tidak berpihak, maka hancurlah segala harapan para sarjana kependidikan di Indonesia ini.

Kalu sarjana pendidikan mengalami keputus asaan dalam harapan maka tidak akan terwujud pendidikan yang diharapkan bangsa ini. Sehingga akan kemana kependidikan di Indonesia ini akan berjalan, kalau generasi penerusnya kependidikasn semua pada beralih ke profesi-profesi lain. Dikarenakan sulitnya dalam mengarungi dunia kependidikan yang sangat progresif ini. Karena bangsa yang pendidikanya rendah maka akan mengalami kemunduran dalam berbagai bidang, dan akan tertinggal dengan negara-negara lainya. Padahal negara Indonesia digolongkan dalam negara berkembang. Tidak akan bisa berkem,bang kala pendidikan juga tambah dipersulit.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun