Mohon tunggu...
Syafa ZaskiaDionita
Syafa ZaskiaDionita Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Airlangga

Mahasiwa Kesehatan Masyarakat di Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Masyarakat Dan Perdebatan Tentang KB

3 September 2025   22:27 Diperbarui: 3 September 2025   22:27 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Program Keluarga Berencana (KB) sejak lama menjadi salah satu strategi pemerintah dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk sekaligus meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Tujuan utama dari program ini adalah menciptakan keluarga kecil yang sejahtera dengan perencanaan yang baik dalam jumlah anak serta kesehatan reproduksi yang lebih terjaga. Namun, pelaksanaannya di masyarakat tidak selalu berjalan mulus karena masih muncul perdebatan mengenai manfaat dan dampaknya, baik dari sisi medis, sosial, maupun budaya.

 Banyak masyarakat mengakui manfaat KB dalam membantu mengatur jarak kelahiran, menurunkan angka kelahiran yang tidak diinginkan, serta meningkatkan taraf hidup keluarga. Dengan penggunaan alat kontrasepsi, perempuan dapat merencanakan kehamilan sesuai kondisi kesehatan dan kesiapan ekonomi. Hal ini berpengaruh pada meningkatnya peluang pendidikan, kesempatan kerja, dan keterlibatan perempuan dalam pembangunan. Dari sudut pandang kesehatan masyarakat, KB juga membantu menekan angka kematian ibu dan anak karena kehamilan yang terlalu dekat atau terlalu banyak dapat memicu risiko medis serius.

 Meski demikian, tidak sedikit masyarakat yang masih memandang KB dengan penuh keraguan. Salah satu faktor utamanya adalah efek samping penggunaan alat kontrasepsi. Beberapa perempuan melaporkan mengalami gangguan menstruasi, kenaikan berat badan, atau rasa tidak nyaman setelah menggunakan KB tertentu. Efek samping ini sering kali menjadi alasan bagi sebagian pengguna untuk berhenti atau berpindah metode. Di sisi lain, keterbatasan informasi dan minimnya penyuluhan membuat masyarakat mudah terpengaruh oleh isu negatif yang beredar, sehingga tingkat partisipasi dalam program KB tidak konsisten.

 Selain masalah medis, faktor budaya dan nilai sosial juga sangat memengaruhi penerimaan masyarakat terhadap KB. Ada kalangan yang menganggap bahwa membatasi jumlah anak bertentangan dengan tradisi atau nilai keagamaan. Sebaliknya, ada pula yang memandang KB sebagai bagian dari ikhtiar menjaga kesehatan dan kesejahteraan keluarga. Perbedaan cara pandang ini membuat keberhasilan program KB tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan fasilitas kesehatan, tetapi juga oleh dukungan sosial dan pemahaman keluarga, khususnya dari pihak suami. Dukungan pasangan terbukti menjadi faktor penting karena keputusan menggunakan KB sering kali tidak bisa diambil seorang diri oleh perempuan. 

Di beberapa daerah, kebutuhan KB yang belum terpenuhi masih tinggi. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara kesadaran dan praktik nyata. Banyak pasangan usia subur sebenarnya ingin menunda atau menghentikan kelahiran, tetapi tidak menggunakan kontrasepsi karena kurangnya dukungan keluarga, rasa takut akan efek samping, atau keterbatasan akses layanan kesehatan. Fenomena ini memperlihatkan bahwa edukasi dan penyuluhan yang komprehensif sangat dibutuhkan. Ketika masyarakat diberikan pengetahuan yang tepat mengenai manfaat dan risiko KB, pemahaman mereka meningkat, sehingga mereka lebih siap dalam mengambil keputusan yang sesuai dengan kondisi masing-masing. 

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa pro dan kontra mengenai KB adalah hal yang wajar terjadi. Program ini membawa banyak manfaat bagi kesehatan masyarakat dan kualitas hidup keluarga, tetapi juga menghadapi tantangan berupa persepsi negatif, efek samping, serta hambatan budaya. KB adalah langkah penting untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mengendalikan pertumbuhan penduduk, namun keberhasilannya sering terhambat oleh persepsi negatif dan pengaruh budaya. Dengan pendekatan edukasi yang tepat dan dukungan sosial yang kuat, KB dapat diterima secara luas dan manfaatnya bagi kesehatan masyarakat dapat dirasakan.

KATA KUNCI: Keluarga Berencana, Kesehatan Masyarakat, Kontrasepsi,.

DAFTAR PUSTAKA

  Junaidi, A. (2023) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan IUD pada Pasangan Usia Subur di Puskesmas Paringin. Jurnal Riset Ilmu Kesehatan, 5(2).

 Pramesti, A. (2016) Analisis Faktor yang Mempengaruhi Unmet Need KB di Desa Adiwerna. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(1).

 Rahmawati, S. (2022) Penyuluhan Kesehatan Tentang Efek Samping IUD dan Implan pada Akseptor KB di Klinik Solo Peduli. Academia.edu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun