Mohon tunggu...
Syafriansyah Viola
Syafriansyah Viola Mohon Tunggu... Pegawai Negeri Sipil -

suka baca fiksi dan sekali-sekali....menulis!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[FKK] Dermaga Tua Itu

14 Juni 2014   03:19 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:49 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_328856" align="aligncenter" width="617" caption="Dermaga ini telah melewati tahun-tahun penuh kesendirian (dok. pri)"][/caption]

I

Tiap sore, slalu ku sempatkan untuk singgah ke dermaga itu. Entah kenapa, aku suka sekali ke sana. Ya, ke dermaga tua itu. Sudah bertahun-tahun ‘ritual’ ini ku lakukan untuk membunuh kebosanan terhadap rutinitas yang itu-itu saja. Aku seolah tak mau melepaskan sepotong moment pun, bagaimana getirnya, dermaga tua itu melewati tahun-tahun penuh kesendirian. Ku beranikan diri untuk coba membuka percakapan. Percakapan bisu antara kota kecil ini, aku dan dermaga tua itu. Sebuah dialog tentang menjemput masa silam. Tentang cerita orang-orang datang dan pergi, berlalu bersama angin.  Tentang kicauan camar, desir sungai, dan lambaian pohon mangrove yang tersenyum saat menunggu hujan jatuh dan menombaki ikan-ikan.

_

Angin selalu saja bertiup kencang disini, disalah satu pelabuhan tersibuk di kota kecil kami. Orang-orang datang silih berganti menjejakkan kaki di Negeri Serengkuh Dayung Serentak Ke Tujuan ini. Diiringi perasaan yang berkecamuk dan degup jantung yang berdebar-debar. Mereka turun membawa serta koper berikut setumpuk harapan, sederet cita-cita dan sepenggal kenangan. Seraya udara dingin memeluk musim kemarau yang kelabu. Ku hanyutkan perahu-perahu dari kertas, menuju ujung sungai. Menuju kesendirian.

_

II

Di atas kepala, langit serupa jubah berwarna kelabu yang menyelimuti sekujur kota ini. Pohon-pohon mangrove yang angkuh, coba mengambil ancang-ancang untuk mengejek para nelayan yang berlabuh, karena pulang tak membawa ikan tangkapan.

Sederet rumah panggung berkaki tinggi bersusun rapat mengisi ruas-ruas dibibir pantai. Rumah-rumah itu seolah ingin mengangkangi sungai.

_

Pada sebuah sore, yang entah kapan. Aku tak ingat lagi. Ada sekawanan bocah laki-laki terjun berenang melawan ombak. Aku turut bergabung bertelanjang dada menikmati hangatnya air sungai itu. Kesenangan kami terusik. Ketika petugas pelabuhan berseru mengusir anak-anak dari dermaga. Ini tanda ada kapal yang akan berlabuh. Aku dan anak-anak lain bergegas bersembunyi di bawah dermaga.

_

Nyata betul bahwa kenangan itu mengalir dan menghangatkan seluruh tubuhku.

_

Di tempat matahari berlabuh ini. Aku tersadar, setengah dari diriku sudah larut di kota kecil ini. Angin seperti mendesis. Matahari berkilauan pada sungai besar yang airnya kini kecokelatan. Udara terasa lembut dan segar. Mestinya semanis itu pula sepuluh atau dua puluh tahun lalu, ketika tempat ini masih menjadi persinggahan sang waktu. Ada di kejauhan, asap membumbung dari atap rimba mangrove yang dibakar…

******

[caption id="attachment_328864" align="aligncenter" width="600" caption="Sebuah pojok di kaki senja. Aku menikmati matahari yang berlabuh di kota kecil ini (dok.pri)"]

14026646181257895023
14026646181257895023
[/caption]

III

Di kota kecil inilah, jauh dulu sekali, setiap sore selepas asar. Ku buka jendela, matahari menyinari hangat: penuh kerinduan yang memandang jauh, ke dalam dan terang. Seolah menuntun ku pada sebuah pertanyaan, “apa gerangan yang ku cari di sini?

_

Aku berlari ke sungai dan menikmati senja. Di sudut kota kecil, mungkin disebuah pojok kaki senja, aku menghabiskan waktu, bermain hujan, dan mengejar layang-layang putus. Aku jatuh cinta. Cintaku melekat pada pohon mangrove, pada masakan seafood istri ku, pada dermaga tua ini. Agaknya, disinilah aku menemukan surga itu: Aku, segelas kopi dan cerita tentang dermaga tua itu. Di sinilah, dikota kecil ini, tempat dimana segala ingatan terendam di kedalaman yang jauh.

_

Dan waktu terus berlalu.

*****

#Serengkuh Dayung Serentak Ke Tujuan adalah Motto Kota Kuala Tungkal, Tanjung Jabung Barat. Kota kecil nan permai. Kota ini berjarak 125 Km dari Provinsi Jambi. Kota ini terkenal karena aneka makanan Seafood-nya,cumi-cumi saos pedas, udang goreng tepung, kerang rebus tumis tiram, Ikan bawal panggang, ikan pari baker, dll.

Ayoo, buat penggemar SEAFOOD. Catat kota ini sebagai tujuan kamu berikutnya.

No. Peserta: 34

Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community

Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community


Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun