Mohon tunggu...
syafira Fitria Nur Aini
syafira Fitria Nur Aini Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hallo saya merupakan mahasiswa semester 3 prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah di Universitas Islam Negeri Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bukan Dia, Tapi Aku: Cerita Tentang Fokus Pada Perjalanan Diri Sendiri.

21 September 2025   20:50 Diperbarui: 22 September 2025   23:30 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 "Kita terlalu khawatir akan masa depan, hingga sering melupakan masa kini, sehingga kita tidak hidup sepenuhnya baik disaat ini maupun diwaktu yang akan datang." -Paulo Coelho

Ada saat-saat di mana aku terlalu fokus pada kehidupan orang lain. Setiap kali membuka media sosial, yang terlihat adalah pencapaian teman-teman ada yang sedang menempuh pendidikan di tempat dan jurusan yang diinginkan, ada yang telah menikah, dan ada pula yang meraih kesuksesan dalam karirnya. Di saat seperti itu, rasa minder pun menghampiri. Aku mulai mempertanyakan, mengapa hidupku tidak sebaik mereka? Mengapa langkahku terasa lebih lambat? Pikiran-pikiran tersebut sering kali membuatku merasa tidak cukup baik, seolah segala yang aku lakukan selalu tertinggal.

Dalam psikologi pendidikan, kecenderungan untuk membandingkan diri secara berlebihan bisa merusak self-efficacy yaitu keyakinan bahwa aku sebenarnya mampu. Dan kenyataannya, semakin sering aku membandingkan diri, semakin berkurang keyakinanku pada potensi yang ada dalam diriku. Pernah ada masa ketika aku merasa takut untuk melakukan hal baru, hanya karena melihat orang lain telah lebih dulu sukses. Padahal, mungkin aku hanya perlu waktu dan metode yang berbeda untuk mencapai tujuan tersebut.

Perasaan tidak percaya diri juga mengubah arah motivasiku. Aku belajar atau bekerja bukan lagi untuk berkembang, melainkan agar terlihat sukses di mata orang lain. Motivasi eksternal seperti ini ternyata sangat rapuh ketika tidak ada yang mengamati, semangatku langsung menurun. Hidup seolah hanya dijalani untuk memenuhi ekspektasi orang lain, bukan untuk diriku sendiri.

Secara perlahan, aku mulai memahami bahwa ada dorongan yang lebih penting yaitu motivasi intrinsik atau bisa dibilang motivasi yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Ketika aku belajar karena memang ingin memahami, atau bekerja demi pertumbuhan diri sendiri, rasanya jauh lebih ringan. Aku tidak lagi tertekan oleh pencapaian orang lain, melainkan lebih sibuk menghargai proses dan setiap langkah kecil yang berhasil kutempuh. Dari sinilah aku menyadari, rasa tidak percaya diri dapat berkurang saat aku kembali menemukan alasan yang tulus dari dalam diriku.

Aku tidak bisa mengatakan bahwa aku sepenuhnya menghilangkan kebiasaan membandingkan diri, karena jujur saja, rasa minder terkadang masih muncul. Namun, setidaknya kini aku lebih sering mengingatkan diriku sendiri bahwa hidup ini bukan tentang orang lain, tapi tentang diriku sendiri. Aku mungkin tertinggal dalam satu aspek, tetapi bisa lebih maju dalam aspek lainnya. Dan perjalanan ini bukanlah tentang perlombaan cepat, melainkan proses untuk menjadi versi terbaik dari diriku sendiri.

"Bukan dia, tapi aku  karena yang ingin kutuju adalah versi terbaik dari diriku sendiri. "

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun