Mohon tunggu...
Syaefunnur Maszah
Syaefunnur Maszah Mohon Tunggu... Senior Human Capital Strategist, Sekjen Parsindo, Wakil Ketua Peradi DPC

Concern pada masalah sosial kebangsaan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kesepakatan Damai Gaza: Trump Optimistis & Hamas Jadi Faktor Vital

9 Oktober 2025   11:23 Diperbarui: 9 Oktober 2025   11:23 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perang yang menghancurkan Gaza, telah menewaskan puluhan ribu warga Palestina./ BBC News.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menjadi pusat perhatian dunia setelah menyatakan bahwa "kami sangat dekat dengan sebuah kesepakatan" untuk mengakhiri perang di Gaza. Pernyataan itu muncul di tengah laporan adanya kemajuan signifikan dalam hari ketiga pembicaraan tidak langsung antara Israel dan Hamas di Mesir. Sumber diplomatik menyebutkan bahwa pembicaraan tersebut merupakan momentum paling penting sejak konflik berkecamuk dua tahun lalu.

Seorang pejabat Palestina mengatakan kepada BBC bahwa mediator dari Mesir, Qatar, dan Turki telah menyelesaikan tujuh jam perundingan intensif dengan delegasi Hamas. Pembicaraan ini juga melibatkan perwakilan dari kelompok Palestina lain seperti Jihad Islam dan Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP). Setelah sesi tersebut, mediator bertemu dengan delegasi Israel untuk memperoleh jawaban akhir terkait isu-isu krusial yang masih menggantung.

Dalam laporan BBC News berjudul "Progress in Gaza peace talks as Trump says 'very close to deal'" yang ditulis oleh Rushdi Abualouf (koresponden Gaza, Istanbul) dan David Gritten pada 7 Oktober 2025, dijelaskan bahwa fokus utama pembicaraan hari Rabu adalah pada fase pertama dari rencana perdamaian Amerika Serikat. Rencana itu mencakup gencatan senjata, pembebasan seluruh sandera di Gaza dengan imbalan tahanan Palestina, serta penarikan pasukan Israel dari sebagian wilayah Gaza. Fase ini menjadi tolok ukur penting apakah kedua pihak sungguh siap membuka jalan menuju penyelesaian konflik jangka panjang.

Dari perspektif Hamas, sinyal positif itu tidak datang tanpa kehati-hatian. Seorang pejabat senior Hamas yang dikutip BBC menegaskan bahwa pihaknya telah menunjukkan "sikap positif dan tanggung jawab" untuk mencapai kemajuan yang diinginkan. Hamas juga menyerahkan daftar tahanan yang mereka harapkan dibebaskan Israel sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran. Namun, pernyataan itu juga diiringi pengakuan bahwa masih ada "perbedaan mendalam" dalam tafsir terhadap peta penarikan pasukan Israel dan jadwal pertukaran tahanan.

Hamas dalam konteks ini tampak berupaya menjaga keseimbangan: tetap menunjukkan itikad baik di hadapan mediator internasional tanpa kehilangan posisi politiknya di hadapan rakyat Palestina. Keterlibatan kelompok lain seperti PFLP dan Jihad Islam juga menjadi strategi untuk memastikan kesatuan faksi-faksi perlawanan. Dengan begitu, Hamas mengirim pesan kepada dunia bahwa mereka bukan sekadar aktor tunggal yang dikendalikan ideologi, tetapi bagian dari aspirasi nasional Palestina yang lebih luas.

Bagi pihak Palestina, terutama masyarakat Gaza yang telah menderita selama dua tahun terakhir, tanda-tanda kemajuan ini menjadi secercah harapan. Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan lebih dari 67 ribu korban jiwa sejak 2023, termasuk lebih dari 20 ribu anak-anak. Realitas ini menegaskan urgensi perundingan dan menunjukkan betapa mahal harga dari setiap keterlambatan menuju perdamaian. Dalam suasana demikian, bahkan langkah kecil menuju gencatan senjata pun terasa monumental.

Trump sendiri tampaknya ingin menegaskan kembali peran Amerika Serikat sebagai penentu arah perdamaian di Timur Tengah. Ia mengirim dua utusan utama---Steve Witkoff dan menantunya Jared Kushner---ke Sharm el-Sheikh untuk mempercepat negosiasi. Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi menyebut kedatangan mereka sebagai "tanda yang menggembirakan" karena membawa "mandat kuat dari Presiden Trump untuk mengakhiri perang." Dalam konteks politik global, langkah ini juga memperlihatkan upaya Trump memulihkan citra AS yang sempat tergerus sebelumnya.

Namun di balik optimisme itu, masih ada jurang besar antara tafsir politik dan realitas di lapangan. Pejabat Palestina yang dikutip BBC menyoroti adanya perbedaan pandangan antara Israel dan Hamas terkait peta tiga fase penarikan pasukan. Mediator mencoba menengahi dengan usulan kompromi: Israel tetap menguasai sekitar 40 persen wilayah Gaza pada tahap awal, sebelum penarikan total dilakukan secara bertahap dan terpantau. Bagi Hamas, formula ini bisa diterima hanya jika disertai jaminan internasional bahwa Israel tidak akan kembali menyerang setelah penarikan.

Protes untuk mengakhiri blokade Gaza. (Sumber: Sophie Popplewell, under the Unsplash License)
Protes untuk mengakhiri blokade Gaza. (Sumber: Sophie Popplewell, under the Unsplash License)
Dalam kerangka diplomasi Timur Tengah, keberhasilan perundingan ini dapat menjadi titik balik. Jika kesepakatan benar-benar tercapai, maka untuk pertama kalinya sejak 2023, Gaza akan mengalami masa tanpa pengeboman dan penyerangan darat. Dampaknya akan sangat luas---baik bagi kemanusiaan maupun geopolitik kawasan. Negara-negara seperti Mesir, Qatar, dan Turki yang bertindak sebagai mediator akan memperoleh legitimasi baru sebagai jembatan antara dunia Arab dan Barat.

Namun bagi Hamas, kesepakatan ini juga mengandung risiko politik. Mereka harus membuktikan kepada rakyat Palestina bahwa proses damai tidak berarti menyerah pada tekanan Israel. Dengan setidaknya 48 sandera yang masih ditahan---dan sebagian sudah meninggal---Hamas menghadapi dilema antara tuntutan kemanusiaan dan simbol perlawanan. Jika mereka terlalu cepat melepas sandera tanpa jaminan pembebasan tokoh-tokoh penting seperti Marwan Barghouti, posisi mereka bisa terguncang.

Sementara itu, dari sisi Israel, tekanan publik semakin besar. Ribuan warga melakukan demonstrasi di Tel Aviv menuntut pembebasan sandera dan diakhirinya perang. Para pejabat Israel, menurut Haaretz, "berhati-hati namun optimistis." Di sisi lain, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menghadapi dilema politik antara memenuhi desakan publik dan mempertahankan dukungan kelompok sayap kanan di kabinetnya.

Dari sudut pandang Palestina, terutama rakyat Gaza, setiap langkah menuju gencatan senjata bukan sekadar isu diplomatik---tetapi pertaruhan hidup dan mati. Seorang pejabat Hamas mengatakan kepada BBC, "semangat optimisme mulai menyebar di antara semua peserta." Kalimat itu terdengar sederhana, tetapi mencerminkan harapan masyarakat yang selama dua tahun hidup di bawah bayang-bayang kehancuran.

Jika kesepakatan benar-benar terwujud, maka rencana perdamaian 20 poin ala Trump ini bisa menjadi tonggak baru. Meski banyak yang skeptis terhadap gaya negosiasinya yang keras, Trump berhasil memanfaatkan keletihan perang kedua belah pihak untuk membuka ruang kompromi. Di tengah dunia yang jenuh dengan konflik, langkah ini---betapapun kontroversial---dapat menjadi awal rekonstruksi politik Timur Tengah yang lebih seimbang.

Akhirnya, dari perspektif kemanusiaan, pembicaraan ini bukan semata tentang peta politik atau pengaruh Amerika Serikat. Ini tentang harapan bagi anak-anak Gaza untuk hidup tanpa dentuman bom, tentang keluarga Israel yang menanti kepulangan sandera mereka, dan tentang dunia yang rindu mendengar kata "damai" bukan sebagai jargon diplomatik, melainkan sebagai kenyataan. Jika benar perdamaian sudah "sangat dekat", seperti kata Trump, maka dunia pantas berharap bahwa kali ini pintu itu benar-benar terbuka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun