Mohon tunggu...
Syaefunnur Maszah
Syaefunnur Maszah Mohon Tunggu... Senior Human Capital Strategist, Sekjen Parsindo, Wakil Ketua Peradi DPC

Concern pada masalah sosial kebangsaan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kesepakatan Damai Gaza: Trump Optimistis & Hamas Jadi Faktor Vital

9 Oktober 2025   11:23 Diperbarui: 9 Oktober 2025   11:23 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perang yang menghancurkan Gaza, telah menewaskan puluhan ribu warga Palestina./ BBC News.

Sementara itu, dari sisi Israel, tekanan publik semakin besar. Ribuan warga melakukan demonstrasi di Tel Aviv menuntut pembebasan sandera dan diakhirinya perang. Para pejabat Israel, menurut Haaretz, "berhati-hati namun optimistis." Di sisi lain, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menghadapi dilema politik antara memenuhi desakan publik dan mempertahankan dukungan kelompok sayap kanan di kabinetnya.

Dari sudut pandang Palestina, terutama rakyat Gaza, setiap langkah menuju gencatan senjata bukan sekadar isu diplomatik---tetapi pertaruhan hidup dan mati. Seorang pejabat Hamas mengatakan kepada BBC, "semangat optimisme mulai menyebar di antara semua peserta." Kalimat itu terdengar sederhana, tetapi mencerminkan harapan masyarakat yang selama dua tahun hidup di bawah bayang-bayang kehancuran.

Jika kesepakatan benar-benar terwujud, maka rencana perdamaian 20 poin ala Trump ini bisa menjadi tonggak baru. Meski banyak yang skeptis terhadap gaya negosiasinya yang keras, Trump berhasil memanfaatkan keletihan perang kedua belah pihak untuk membuka ruang kompromi. Di tengah dunia yang jenuh dengan konflik, langkah ini---betapapun kontroversial---dapat menjadi awal rekonstruksi politik Timur Tengah yang lebih seimbang.

Akhirnya, dari perspektif kemanusiaan, pembicaraan ini bukan semata tentang peta politik atau pengaruh Amerika Serikat. Ini tentang harapan bagi anak-anak Gaza untuk hidup tanpa dentuman bom, tentang keluarga Israel yang menanti kepulangan sandera mereka, dan tentang dunia yang rindu mendengar kata "damai" bukan sebagai jargon diplomatik, melainkan sebagai kenyataan. Jika benar perdamaian sudah "sangat dekat", seperti kata Trump, maka dunia pantas berharap bahwa kali ini pintu itu benar-benar terbuka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun