Mohon tunggu...
Satrio Wahono
Satrio Wahono Mohon Tunggu... magister filsafat dan pencinta komik

Penggemar komik lokal maupun asing dari berbagai genre yang kebetulan pernah mengenyam pendidikan di program magister filsafat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Late Show with Stephen Colbert Bungkus, Tanda Kemunduran Demokrasi Amerika

23 Juli 2025   23:21 Diperbarui: 23 Juli 2025   23:25 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Acara The Late Show with Stephen Colbert yang akan berhenti tayang pada Mei 2026 (sumber: www.rollingstone.com)

Dalam suatu negara demokratis, kebebasan berbicara (freedom of speech) adalah sendi utama. Hanya dengan kebebasan berbicara pertukaran gagasan sesama warga dimungkinkan untuk memecahkan masalah publik. Juga, kebebasan berbicaralah yang menjadi alat utama warga untuk mengkritik negara sebagaimana disepakati dalam berbagai teori civil society bahwa tugas masyarakat warga adalah memang mengimbangi negara, salah satunya lewat kritik.

Karena itu, pembatalan program gelar wicara malam alias late night talk show populer "The Late Show with Stephen Colbert" di stasiun televisi CBS menjadi isu panas di dalam politik Amerika saat ini. CBS, anak perusahaan dari perusahaan media besar Paramount, menyebutkan masalah finansial menjadi alasan utama mengapa Late Show "bungkus". Alasan yang janggal mengingat Late Show with Stephen Colbert secara reting justru konsisten menduduki nomor satu mengalahkan bahkan acara late night tertua yang masih bertahan, the Tonight Show di stasiun NBC, yang kini dipandu oleh komedian eks pemain Saturday Night Live, Jimmy Fallon. Apalagi, Colbert juga diberitahu secara mendadak bahwa kontraknya akan berakhir dan programnya akan berhenti tayang pada Mei 2026.

Maka itu, banyak orang dan analis di Amerika kini menuding Presiden Donald Trump berada di balik pemberhentian Stephen Colbert, yang mengambil alih acara ikonik late show itu dari David Letterman sejak 2015. Pasalnya, Trump selama ini dikabarkan gerah dengan kritik tajam Colbert dalam monolog stand-upnya di acara yang ditayangkan setiap malam kecuali akhir pekan.

Trump juga sempat melancarkan tuntutan hukum kepada CBS karena dalam kampanye presiden lalu dituduh terlalu memberikan panggung pada pesaing Trump, Kamala Harris. Trump bahkan sudah mencapai kesepakatan dengan CBS, yang harus membayar US$16 juta karena tuntutan sang presiden. Bahkan, taipan properti itu juga mengancam akan menjegal merger strategis antara Paramount dan Skydance Media senilai US$8 miliar.

Artinya, "pembredelan" the Late Show with Stephen Colbert bisa jadi merupakan kompromi Paramount untuk mengamankan transaksi menggiurkan senilai miliaran dolar itu. Tentu Paramount dan CBS membantah hal ini, tapi prasangka publik sudah terlanjur merangkai rentetan kejadian yang ada (connecting the dots) ke arah sana.

Ancaman demokrasi

Jika cerita di atas benar, ini merupakan serangan atau ancaman langsung ke salah satu jantung demokrasi. Sebab, acara late night di Amerika bukan sekadar program biasa, melainkan sudah menjadi semacam institusi politik tersendiri. Format tradisional acara late night show adalah pembuka dengan monolog komedi dari pembawa acara, yang biasanya bermuatan politik. 

Mulai dari Johnny Carson, Jay Leno, Conan O' Brien, dan Jimmy Fallon di Tonight Show (NBC), Jimmy Kimmel di Jimmy Kimmel Live! (ABC), Jon Stewart dan Trevor Noah di the Daily Show (Comedy Central) sampai David Letterman dan Stephen Colbert di Late show (CBS) semuanya mematuhi format di atas. Nampaknya, monolog ini yang menjadi momen bagi stasiun televisi untuk melakukan fungsi edukasi politik kepada penontonnya, tentu dengan cara komedi yang menghibur mengingat penonton mereka menyaksikan acara sekitar pukul 11 malam sampai jam 1 pagi setelah penat bekerja seharian. 

Seusai monolog, acara akan berpindah ke wawancara dengan sejumlah tokoh publik, mulai dari selebriti hingga politisi. Itulah sebabnya  acara late night menjadi institusi mapan dalam demokrasi Amerika untuk menjalankan fungsi sosialisasi, edukasi, maupun komunikasi politik.

Maka itu, suara pembelaan terhadap Colbert terus mengalir dari sesama pembawa acara maupun dari warga biasa. Bahkan, sebagai masyarakat sudah mulai menggulirkan gerakan "cancel Paramount subscription" alias berhenti berlangganan kanal Paramount.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun