Mohon tunggu...
Satrio Wahono
Satrio Wahono Mohon Tunggu... magister filsafat dan pencinta komik

Penggemar komik lokal maupun asing dari berbagai genre yang kebetulan pernah mengenyam pendidikan di program magister filsafat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Memanfaatkan Pekarangan Untuk Kedaulatan Pangan

10 Mei 2025   12:48 Diperbarui: 10 Mei 2025   12:48 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Alangkah baiknya jika pekarangan rumah kembali menyajikan produk yang komplet, mulai dari tanaman obat-obatan, tanaman pangan, dan juga hewan untuk disantap. Misalnya, pekarangan mesti memiliki tanaman obat-obatan, taruhlah kumis kucing, daun sirih, dan lain sebagainya sehingga bila suatu saat ada anggota keluarga yang sakit, mereka dapat mudah mendapatkan obat. Juga, pekarangan bisa ditanami ubi, pepaya, singkong, dan tanaman pangan lain yang bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan pangan anggota keluarga. 

Tambahan lagi, pekarangan layak pula dilengkapi kolam untuk menanam lele, gurami, mujair, dan sebagainya yang sewaktu-waktu bisa disantap demi memenuhi kebutuhan protein hewani anggota rumah. Dengan demikian, masalah pangan dalam skala mikro bisa dipenuhi secara mandiri oleh keluarga tanpa perlu mengkhawatirkan dampak dari berbagai kebijakan pemerintah. 

Kedua, karena pekarangan berfungsi sebagai wahana bagi pemenuhan secara mandiri aneka kebutuhan hidup sehari-hari anggota keluarga di rumah masing-masing, berarti pekarangan dapat berperan sebagai sarana pendidikan. Yaitu, untuk mentransmisikan keterampilan kecakapan hidup atau life skills kepada seluruh anggota keluarga, terutama anak-anak. 

Lewat bercocok tanam dan memelihara hewan di pekarangan, plus upaya mengolah segala hasil budi daya mikro itu menjadi produk siap pakai, para anggota keluarga secara otomatis diajak belajar mandiri dan menguasai keterampilan bertahan hidup sehari-hari. 

Dengan demikian, pendidikan praktis dalam mengolah pekarangan akan mengasah daya kognitif dan juga daya tindak dari anak. Sehingga, ini menjadi antitesa berharga pula bagi sistem pendidikan kita yang terlalu mengandalkan pengasahan aspek kognitif semata, sistem yang hanya menghasilkan anak didik berotak cemerlang, tapi tidak memiliki keuletan dan keberanian bertindak. 

Akhirul kalam, pengalaman mengolah pekarangan sangatlah potensial dalam memenuhi kebutuhan pangan keluarga dan menghasilkan generasi penerus yang cerdas, kreatif, dan berani berusaha. Sekaligus, revitalisasi pekarangan sendiri akan sangat membantu bangsa ini dalam memperkuat ketahanan dan kedaulatan pangannya. Semoga! 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun