Mohon tunggu...
Satrio Wahono
Satrio Wahono Mohon Tunggu... magister filsafat dan pencinta komik

Penggemar komik lokal maupun asing dari berbagai genre yang kebetulan pernah mengenyam pendidikan di program magister filsafat

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pengobatan Tradisional dalam Perspektif Filsafat Ilmu Pengetahuan

28 April 2025   17:10 Diperbarui: 28 April 2025   17:10 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Selama ini, dalam dunia pengobatan selalu ada perdebatan antara terapi medis konvensional-farmakologis berbasiskan ilmu kedokteran modern dan terapi pengobatan tradisional berbasiskan kearifan lokal. Kubu pertama mengatakan terapi tradisional itu tidak valid karena belum melalui uji klinis terhadap manusia dengan sampel yang representatif.

Di sisi lain, kubu pro pengobatan tradisional, seperti terapi dengan obat herbal, berpendapat terapi medis dengan obat kimia justru akan menyebabkan ketergantungan obat dan kerusakan organ lain karena sifat pengobatan medis modern yang tidak holistis-integratif (menyeluruh). Karena itu, banyak di antara penganjur terapi pengobatan tradisional yang menolak sama sekali terapi medis modern berbasiskan obat kimia.

Padahal, kita bisa mencari jalan tengah dari dua perspektif yang terlalu eksklusif dan justru kontraproduktif di atas. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan pisau analisis filsafat sains.

Karl Popper versus Thomas Kuhn

Boleh dibilang dua kubu yang saling berseberangan itu mewakili perdebatan dalam sejarah filsafat sains atau filsafat ilmu pengetahuan antara pendapat Karl Raimund Popper (1902 - 1994) dan Thomas Samuel Kuhn (1922 --- 1996). Sebagaimana diringkaskan Donny Gahral Adian (Menyoal Objektivisme Ilmu Pengetahuan, Teraju, 2002, hal,. 85-86), filsafat Popper mengatakan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan bergerak secara evolusioner mulai dari problem (P1) yang diikuti oleh suatu teori tentatif (TT) yang terbuka bagi falsifikasi (error elimination/EE) dan memunculkan problem baru (P2). Semakin tahan teori tentatif terhadap ujian eliminasi kesalahan (EE), semakin mendekati kebenaran teori tersebut. Jadi, skema perkembangan sains menurut Popper adalah P1 --- TT --- EE --- P2.

Di sisi lain, Kuhn mengkritik pandangan Popper di atas. Menurut Kuhn, komunitas ilmuwan memiliki paradigma sains tertentu (P1) yang membuat mereka nyaman mengembangkan ilmu pengetahuan atau sains mereka yang normal (SN). Akan tetapi, perjalanan waktu kemudian memunculkan fakta-fakta anomali (A) yang lantas terakumulasi untuk menggoyahkan keabsahan suatu paradigma. 

Dari sinilah muncul suatu situasi bernama krisis (K) yang memaksa komunitas ilmu pengetahuan mempertanyakan kembali secara radikal dasar-dasar metodologis dan nilai yang selama ini mereka pakai. Krisis ini pada akhirnya mendorong lahirnya paradigma baru yang sama sekali lain dari paradigma sebelumnya. Alhasil, skema perkembangan sains menurut Kuhn adalah P1 --- SN --- A --- K --- P2.

Berbekal kedua filsafat di atas, kita jadi lebih mudah memahami dilema yang dihadapi tenaga medis, ilmuwan, dan masyarakat dalam menyikapi terapi pengobatan tradisional berbasis kearifan lokal seperti terapi herbal ataupun terapi lainnya. Mereka yang menentang penggunaan langsung terapi pengobatan tradisional sebelum uji klinis atau minimal pra-klinis (uji coba pada hewan) adalah penganut filsafat Popperian. Dalam artian, mereka melihat problem penyakit harus disikapi dengan teori tentatif yang melalui uji penyingkiran kesalahan (EE) secara teliti dan cermat. Teori tentatif dan proses penyingkiran kesalahan itulah yang dalam bahasa umum sekarang disebut sebagai uji klinis atau minimal pra-klinis. Pendirian seperti ini bisa dimaklumi karena penggunaan terkait dengan nyawa manusia. Aspek-aspek seperti kemungkinan efek samping obat yang membahayakan tentu perlu dipertimbangkan.

Sementara itu, pihak yang fanatik dalam mendorong penggunaan obat tradisional, dan bahkan sampai menampik penggunaan obat medis kimia, dalam derajat tertentu merupakan pengikut filsafat Kuhnian. Sebab, mereka berpendapat ada sejumlah penyakit yang memang bukan situasi normal (katakanlah kanker ganas, covid-19 beberapa waktu lalu, dan lain sebagainya), sehingga tidak ada lagi ruang bagi penggunaan sains normal yang bersifat dingin dan memerlukan waktu relatif lama. 

Bagi mereka, ada situasi anomali dalam sains maupun dalam asumsi-asumsi ilmiah yang normal. Karena itu, muncullah situasi krisis nan genting yang memerlukan paradigma baru (P2). Manifestasi pendirian Kuhnian dan paradigma baru itu adalah aspirasi untuk menggunakan berbagai terapi tradisional yang mungkin untuk mengobati penyakit yang dipersepsikan sebagai anomali.

Apalagi kadang terapi tradisional bisa membawa harapan yang bisa saja memicu efek plasebo bagi para pasien. Sebaliknya, kegiatan melarang pengobatan tradisional  justru berpotensi memicu efek nocebo, yaitu penolakan tubuh terhadap terapi lain karena asumsi psikologis bahwa terapi lain itu tidak akan manjur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun