Mohon tunggu...
Satrio Wahono
Satrio Wahono Mohon Tunggu... magister filsafat dan pencinta komik

Penggemar komik lokal maupun asing dari berbagai genre yang kebetulan pernah mengenyam pendidikan di program magister filsafat

Selanjutnya

Tutup

Film

Produk Sinema dan Dampak Ekonominya Yang Luar Biasa

20 Maret 2025   14:57 Diperbarui: 20 Maret 2025   15:01 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster film terlaris di Indonesia dengan raihan 10 juta penonton, KKN Di Desa Penari (Sumber: www.kumparan.com)

Belakangan ini, insan sinema Indonesia sedang ramai oleh kontroversi seputar penunjukan seorang musisi, Ifan Seventeen, untuk memimpin Perusahaan Film Negara (PFN). Pasalnya, meski katanya Ifan juga punya pengalaman di dunia film karena memiliki sebuah rumah produksi, rekam jejak Ifan belum teruji. Ifan juga bukan seorang pakar manajemen yang punya rekam jejak membalikkan kinerja suatu perusahaan (corporate turnaround) ala mantan Direktur Utama Bank Mandiri, Robby Djohan ataupun mantan Direktur Utama PT KAI dan mantan Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan.

Wajar jika muncul tudingan bahwa pemerintah seakan menganaktirikan atau memandang sebelah mata industri sinema atau film. Padahal, seperti di dalam industri musik, kita terbukti sudah menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Raihan film seperti KKN di Dunia Penari dengan 10 juta penonton lebih dan Agak Laen dengan 9,1 juta penonton adalah bukti nyata. Ibarat kata, film sesungguhnya memiliki peran dan dampak ekonomi yang signifikan.

Peran ekonomi film

Tak perlu repot-repot, kita bisa melihat dua contoh konkret betapa film berperan besar mendongkrak perekonomian suatu bangsa.

Pertama, Korea Selatan. Karena negeri ginseng ini terkenal minim sumber daya alam, ekspor bahan mentah bukanlah pilihan untuk memajukan perekonomian mereka. Untungnya, Korea Selatan dikaruniai situs-situs panorama alam yang indah lagi memukau. Apalagi ditambah dengan karakteristik empat musimnya yang menawan. Problemanya kemudian, bagaimana mensosialisasikan keunggulan turisme tersebut?

Pada titik inilah, Korea Selatan punya jawaban jitu: film, utamanya film serial berdurasi panjang. Ibaratnya, Korea Selatan memiliki ide membuat semacam program iklan bersambung. Maka itu, dalam catatan sejarah sinema Korea, salah satu film serial yang menjadi arus pertama film bersendikan kekuatan panorama alam adalah Summer Love Story (2000) yang dibintangi dewi perfilman Korea Song-Hye-Ky0. 

Diramu dengan tema universal romantisme cinta dan drama menguras air mata, film berlatar belakang keindahan musim panas di Korea ini menuai sukses seketika. Bahkan sekuelnya, Winter Sonata (2002), yang menonjolkan pesona musim dingin, tak kalah
fenomenal. Sama pentingnya, musik latar (soundtrack) film-film tersebut ikut meroket.

Efek dari kedua film ini dan produk-produk sinema susulannya pun mengagumkan. Industri pariwisata Korea melejit pesat karena wisatawan luar negeri ingin menyaksikan langsung pesona keindahan alam yang sebelumnya hanya bisa mereka saksikan di layar kaca. Saking tingginya, pendapatan pariwisata Korea Selatan bahkan menduduki peringkat 31 terbesar dunia.

Tambahan lagi, karya-karya sinema di atas merintis apa yang disebut Hallyu alias Gelombang Korea (Korean Wave). Yaitu, tersebarnya berbagai produk budaya lain seperti musik, bahasa, masakan, dan buku-buku tentang Korea ke seluruh dunia. Masyarakat dunia pun tak bisa lepas dari jerat keranjingan budaya pop Korea yang sering disingkat K-Pop ini. Sebab, komunitas global memang sudah larut dalam buaian film-film Korea yang ceritanya menyentuh jiwa dan pemandangan alam serta bintang-bintangnya
enak dipandang mata.  

Kedua, Amerika Serikat. Untuk yang satu ini, kehebatan industri sinema tak perlu diragukan lagi. Sebagai negara yang dianggap sebagai kiblat gaya hidup (lifestyle) dan budaya modern, AS sadar betul akan kekuatan sinema untuk mendiseminasikan (menyebarkan) budaya mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun