Mundur lebih jauh, ekofeminisme sejatinya meneruskan ajaran yin-yang dalam filsafat Tiongkok. Merujuk Sukidi (New Age, Gramedia, 2001), filsafat Tiongkok meyakini yang sebagai energi laki-laki yang keras dan ingin mendominasi lingkungan, sementara spirit yin mewakili energi perempuan yang bersifat lemah-lembut dan memelihara lingkungan.
Berbekal ekofeminisme dan filsafat yin di atas, mafhumlah kita bahwa kerusakan lingkungan dunia terjadi karena ulah manusia sendiri. Oleh karena itu, nasihat ekofeminisme harus menyentakkan kita untuk berinisiatif menumbuhkan etika ekofeminisme atau spirit feminis dalam lingkungan. Manusia, jadinya, harus mengembangkan spirit restorasi dan menjalin hubungan serasi dengan alam lewat penggunaan energi secara rasional, hemat, efisien, dan berwawasan lingkungan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI