Â
Wahana Wisata
Pantai Blebak yang memiliki pasir putih ini menawarkan wahana wisata mandi di laut dan menyusuri pinggir pantai dengan sampan plastik yang disediakan dengan harga sewa berkisar Rp. 50.000. Â Selain tentu saja makanan jenis sea food dengan penataan tempat santai lesehan menghadap ke laut. Â Sepanjang lesehan warung, pada hari Minggu akan dipenuhi dengan keluarga-keluarga atau rombongan yang ingin meneduhkan pikiran dengan melihat laut yang luas dan menghirup udara laut yang segar yang konon bisa menjadi terapi untuk beberapa penyakit.
Yang akhirnya menjadi pemandangan biasa, muda-mudi dengan berpasang-pasangan duduk di pasir dengan beralaskan tikar dan diberi peneduh. Â Kesempatan bagi mereka untuk kencan dan berasyik ria dengan pacar pujaan hatinya. Â Kadang bisa dilihat mereka bercakap dengan mesranya atau terlihat si wanita bersandar di bahu teman lelakinya. Â Dilihat dari cara muda-mudi itu berpakaian, mereka kelihatannya dari berbagai pemeluk agama. Â Tetapi bawaan mereka semua sama. Â Mereka cuek dengan lingkungan sekitarnya. Â Saya mencoba sepintas melihat, apakah ada anak-anak remaja desa kami yang juga ada di situ? Â Ternyata tidak ada, atau saya belum menemukannya?
Keamanan Bagus
Saat kami bertemu dengan adik ipar kami di sebuah kafe, selain anak sulungnya Rhema yang kuliah S2 di sebuah Universitas di Bandung, ternyata keponakan-keponakannya yang sudah pada bekerja bersama Mbak Arimbi ibu mereka, juga pada ikut. Â Adik ipar bersama dengan suaminya sekitar dua bulan yang lalu dimutasi tugasnya ke Banjarmasin sebagai Hakim Tinggi. Â Sekedar info saja, suami adik ipar sebelumnya menjadi seorang hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Â
Adik ipar kami yang memiliki rumah di kota Pati memberi komentar. Â Saya bertanya terkait dengan Pantai Blebak kepadanya beberapa hari lalu melalui WA dan dia menjawab.
"Menarik 'apa ora'?"
"Menarik pakdhe.."
 "Makanan murah 'apa larang'?"