Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Godod Sutejo Usia 70 Tahun, Pameran 70 Lukisan dalam 70 Hari

13 Februari 2023   11:48 Diperbarui: 13 Februari 2023   15:49 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Godod Sutejo, konsisten dengan gaya lukisan alam sepinya (Foto: dokumen pribadi)

Namun kerumunan orang tsb dalam ukuran sangat-sangat kecil. Maka saya atau juga mungkin orang lain yang punya kesan sama, lukisan-lukisan Godod langsung membawa penonton/penikmatnya utk merenung atau berkontemplasi: betapa kecillnya manusia, makhluk tertinggi ini dihadapkan dg alam raya yg demikian luas.

Ya, manusia bagaikan debu, kecil dan seolah tak berarti.

Sebagai orang Nasrani, saya langsung teringat pada saat memeringati hari suci Rabu Abu. Dalam ibadah Rabu Abu, ada prosesi saat Pendeta menerakan abu dlm bentuk tanda salib pada kening jemaat, seraya mengucapkan: "Ingatlah, engkau adalah debu, dan akan kembali menjadi debu" (Kejadian 3:19).

Dlm kacamata saya lukisan Godod mempunyai pesan agar manusia sadar, dan jangan jumawa. Oleh karenanya, jika manusia ingin bahagia, mesti bisa menjaga kesatuan hidup harmonis  dengan sesama, alam, dan Sang Pencipta.

Hajar Pamadi: impresionisme-Spiritual

Hajar Pamadi adalah pelukis sekaligus dosen seni rupa di Universitas negeri Yogyakarta.  Hajar Pamadi dikenal sebagai kurator di berbagai pameran lukisan.  Berikut sebagian komentar Hajar Pamadi terhadap pameran lukisan Godod Sutejo yang diberi titel: Nandur Ati ini:

Melengkapi masa religiusitas Godod Sutejo, di usia 70 tahun dan menetapkan tahun ini sebagai pencarian rasa sejati yang dituangkan dalam karya-karyanya. Sebanyak 70 karya menunjukkan genap usia 70 tahun untuk membuka rasa mencari kedamaian. Perjalanan mencari kehidupan nyata melalui kontemplasi kosmologia ini didapatkan dengan Manembah Mring Gusti Kang Maha Agung. 

Pameran sebagai refleksi kehidupan yang dijalani melalui pembelajaran mulai dari ranah jiwa dan raga. Ranah jiwa, Godod melatih rasa kramadangsa nya dengan melakukan perjalanan spiritual; melalui sosok empu maupun para pakar ilmu mengasah rasa menuju rasa sejati. Kontemplasi ritual dilakukan untuk menemukan arti hidup dan makna hidup dalam keidupannya. Laku spiritual dengan pengembaraan batin ini menemukan 'ati' dalam berkaryanya.

Seni itu adalah refeleksi kehidupan dan dapat diunduh melalui pembacaan diri. Karya-karya Godod lebih merujuk kepada 'raos kasampurnan' yang tersembunyi dalam 'ati' nya. Di situ, seni sebagai menjadi piwulang lan piweling kepada sesama makhluk dan didedikasikan kepada keluarga. Manunggaling rasa lan Jiwa menghasilkan karya impresionisme-spiritual. 

Pada ranah raga, Godod belajar secara formal di ASRI diselesaikan tahun 1977 serta doktoralnya 1985. Pencarian langgam bentuk harus diusung melalui penguasaan teknik, serta wawasan tampilan. Kemampuan ini diperoleh melalui pendidikan nonformal di Pasar Seni Jaya Ancol (1975). Dengan eksprerimentasi untuk menemukan konsep 'kosmologia'. Karya-karya menghasilkan figur yang kecil dan lembut pada setiap subjek adalah refleksi terhadap dunia yang besar.

Pameran Lukisan dengan Tajuk: Nandur Ati (Foto: dokumen pribadi)
Pameran Lukisan dengan Tajuk: Nandur Ati (Foto: dokumen pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun