Mohon tunggu...
Dudih Sutrisman
Dudih Sutrisman Mohon Tunggu... Administrasi - Pegiat Bidang Pendidikan, Sosial, Politik, Budaya, dan Sejarah

Cogito Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gelar Pahlawan Nasional untuk Pangeran Aria Soeria Atmadja (Bupati Sumedang 1883 – 1919)

21 Juli 2013   21:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:14 1003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Dudih Sutrisman

[caption id="attachment_255997" align="alignleft" width="208" caption="Pangeran Aria Soeria Atmadja"][/caption]

Pengusulan nama Pangeran Aria Soeria Atmadja atau terkenal dengan nama Pangeran Mekah menjadi Pahlawan Nasional sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2011. Namun namanya harus tertunda menjadi Pahlawan Nasional, untuk mengenal lebih dekat dengannya yuk kita simak siapa sih sebenarnya Pangeran Aria Soeria Atmadja ini.

Pangeran Suria Atmadja atau Pangeran Mekkah adalah Bupati Sumedang ke-20 . Setelah Pangeran Suria Kusumah Adinata wafat, beliau digantikan oleh putranya yang bernama Raden Sadeli. Raden Sadeli dilahirkan di Sumedang pada tanggal 11 Januari 1851 . Sebelum menjadi bupati Sumedang Raden Sadeli adalah Patih Afdeling Sukapura Kolot di Mangunreja. Pada tanggal 31 Januari 1883 diangkat menjadi bupati Sumedang dengan memakai gelar Pangeran Aria Suria Atmadja (1883 – 1919).

Pangeran Suria Atmadja adalah bupati sumedang terakhir yang mendapat gelar Pangeran, sehingga disebut pangeran panungtung (Terakhir). Pangeran Aria Suria Atmadja merupakan pemimpin yang adil, bijaksana, saleh dan taqwa kepada Allah. Raut mukanya tenang dan agung, memiliki disiplin pribadi yang tinggi dan ketat. Kewibawa Pangeran Aria Suria Atmadja sangat besar yang memancar dari 4 macam sumber yakni : a. Kedudukannya sebagai bupati. b. Patuh dan taqwa dalam agama. c. Kepemimpinannya yang tinggi. d. Displin yang tinggi.

Pangeran Aria Suria Atmadja memiliki jasa dalam pembangunan Sumedang di beberapa bidang, antara lain : 1. BIDANG PERTANIAN Membangun aliran irigasi di sawah-sawah, penanaman sayuran, melakukan penghijauan di tanah gundul dan membangun lumbung desa. Pangeran Aria Suria Atmadja memberi ide bagaimana meningkatkan daya guna dan hasil guna pengolahan tanah, pembuatan sistem tangga (Terasering) pada bukit-bukit. 2. BIDANG PERTERNAKAN Untuk meningkatkan hasil ternak yang baik di Sumedang, di datangkan sapi dari Madura dan Benggala dan kuda dari Sumba atau Sumbawa untuk memperoleh bibit unggul. 3. BIDANG PERIKANAN Pelestarian ikan di sungai diperhatikan dengan khusus, jenis jala ikan ditentukan ukurannya dan waktu penangkapannya agar ikan di sungai selalu ada. Penangkapan ikan dengan racun atau peledak di larang. 4. BIDANG KEHUTANAN. Daerah-daerah gunung yang gundul ditanami pohon-pohon agar tidak longsor., selain dibuat hutan larangan / tertutup yaitu hutan yang tidak boleh diganggu oleh masyarakat demi kelestarian tanaman dan binatangnya. Binatang dan pohon langka mendapat pelindungan khusus. 5. BIDANG KESEHATAN. Penjagaan dan pemberantasan penyakit menular mendapat perhatian besar. Bayi dan anak-anak diwajibkan mendapatkan suntikan anti cacar diadakan sampai ke desa-desa. Masyarakat dianjurkan menanam tanaman obat-obatan di perkarangan rumahnya. 6. BIDANG PENDIDIKAN Pada tahun 1914 mendirikan Sekolah Pertanian di Tanjungsari dan wajib belajar diterapkan pertama kalinya di Sumedang. Pada tahun 1915 di Kota Sumedang telah ada Hollandsch Inlandsche School , mendirikan sekolah rakyat di berbagai tempat Sumedang dan membangun kantor telepon. 7. BIDANG PEREKONOMIAN Pada tahun 1901 membangun “Bank Prijaji” dan pada tahun 1910 menjadi “Soemedangsche Afdeeling Bank”. Pada tahun 1915 mendirikan Bank Desa untuk menolong rakyat desa. 8. BIDANG POLITIK Pada tahun 1916 mengusulkan kepada pemerintah kolonial agar rakyat diberi pelajaran bela negara / mempergunakan senjata agar dapat membantu pertahanan nasional. Ide ini dituangkan dalam buku ‘Indie Weerbaar” / Ketahanan Indonesia, tapi usul ini ditolak pemerintah Belanda. Pangeran Aria Suria Atmadja tidak mengurangi cita-citanya, disusunlah sebuah buku yang berjudul ‘ Ditiung Memeh Hujan” dalam buku itu dikemukakan lebih jauh lagi agar Belanda kelak perlu mempertimbangkan dan mengusahakan kemerdekaan bagi rakyat Indonesia. Pemerintah kerajaan Belanda memberi reaksi hingga dibuat benteng di kota Sumedang, benteng gunung kunci dan Palasari. 9. BIDANG KEAGAMAAN Bidang keagamaan mendapat perhatian yang besar dari Pangeran Aria Suria Atmadja. Mesjid dan pesantren mendapat bantuan penuh, peningkatan pendidikan agama mulai dini 10. BIDANG KEBUDAYAAN Bidang kebudayaan dapat perhatian besar dari Pangeran Aria Suria Atmadja khususnya Tari Tayub dan Degung. Selain ahli dalam sastra sunda, Pangeran Aria Suria Atmadja pun membuat buku dan menciptakan lagu salah satunya Lagu Sonteng. 11. BIDANG LAINNYA Membangun rumah untuk para kepala Onderdistrik, dibangunnya balai pengobatan gratis, dan menjaga keamanan diadakan siskamling.

Pangeran Aria Suria Atmadja mendapat berbagai penghargaan atau tanda jasa dari pemerintah kolonial :

·Bisluit Gupernamen 21 Agustus 1898, menerima BINTANG EMAS" (GOULDEN MEDAILLE)

·Bisluit Gupernamen 31 Agustus 1898, menerima gelar "ADIPATI" sebutannya menjadi Raden Adipati Soeria Atmadja

·Bisluit Sri Maha Ratu Nederland (Koninklijk Besluit) 27 Agustus 1903 menerima Bintang "OFFICIER DER ORDE VAN ORANJE NASSAU"

·Bisluit Gupernamen 26 Agustus 1906, menerima gelar "ARIA" sebutannya Raden Adipati Aria Soeria Atmadja.

·Bisluit Gupernamen 26 Agustus 1910, menerima gelar "PANGERAN" dan mendapat Payung "Songsong Jene", predikatnya Pangeran Met de vergulde pajong, sebutannya menjadi Pangeran Aria Soeria Atmadja"

·Menurut Sri Ratu Nederland (Koninklijk Besluit) 17 september 1918 menerima anugrah "Bintang Agung, Ridder Der Orde Van De Nederlandsche Leeuw" Bintang Penghargaan paling tertinggi.

13744184271109510266
13744184271109510266

Pada masa pemerintahannya, tepatnya bulan Juli 1907 Cut Nyak Dhien dibawa ke Sumedang oleh pemerintah kolonial Belanda. Pada waktu Cut Nyak Dhien ditemani oleh dua orang yakni Panglima dan Teuku Nana. Selama berada di Sumedang, Cut Nyak Dhien ditempatkan oleh pangeran Aria Soeria Atmadja di rumah Haji Sanusi di belakang Mesjid Agung Sumedang dan segala kebutuhan beliau dicukupi dengan baik oleh sang bupati hingga Cut Nyak Dhien wafat pada 6 November 1908 dan dimakamkan di Gunung Puyuh Sumedang.

Pada Tahun 1919 Pangeran Aria Soeria Atmadja berhenti sebagai bupati Sumedang. Pangeran Aria Soeria Atmadja wafat pada tanggal 1 Juni 1921 dan dimakamkan di Ma’la Mekah ketika menunaikan ibadah haji sehingga beliau terkenal dengan nama pangeran Mekah. Pada saat pemakamannya Pemerintah Kerajaan Arab Saudi melakukan penghormatan secara Upacara Militer. Untuk menghormati jasa-jasanya didirikan sebuah monumen Lingga di tengah alun-alun Sumedang yang diresmikan langsung oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda D. Fock.

Demikian sekilas kisah tentang Pangeran Aria Soeria Atmadja, seorang pangeran yang banyak memberikan sumbangsih pemikirannya dan tindakan-tindakannya sebagai batu pijakan bagi kemerdekaan Indonesia kelak. Jasanya yang besar bagi perkembangan kaum pribumi di tengah masa penjajahan patutlah untuk diberi apresiasi dan beliau layak menjadi seorang Pahlawan Nasional.

*Dipublis juga di www.sutrisman.blogspot.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun