Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Banjir Tak Akan Berhenti dengan Do'a

25 Juli 2012   14:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:38 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PADANG -- Anak sulungku, perempuan, yang biasa kupanggil Burung Nuri (6,5), ketakutan luar biasa saat mendengar suara air bah dari rumah tempat kami tinggal, Selasa (24/7) malam. Deru suara air bercampur suara batu bertumbukan sangat mengerikan. Bibirnya gemetar. Tangannya dingin. Dari mulutnya tak henti keluar doa-doa, mulai dari Ayat Kursi sampai Alfatiha.

Sampai satu titik kubilang, "Sayang, sudah dulu berdoanya ya. Lebih baik tenangkan saja diri, waspada dan tak usah panikan." Tapi ia tak hirau. Tetap saja berdoa, hampir satu jam lamanya. Ia duduk di pintu rumah sambil mengangkat tangannya dengan penuh hitmat. Penjiwaan dari hati dan jiwa raganya. Sampai menggigil saking hitmatnya. Ya, sudah, kubiarkan saja.

Aku maklum. Burung Nuri adalah korban dari pendidikan sesat yang diselenggarakan pemerintah, mulai dari pendidikan TPA di masjid, taman kanak-kanak, hingga sekolah dasar. Semua bencana alam seolah "hukuman" Tuhan. Dan untuk menolak bencana harus banyak berdoa dan minta ampun atas dosa-dosa.

Dari dulu aku memang kurang suka lihat orang lagi sibuk mengatasi huru-hara, ini malah sibuk terpaku melafalkan doa. Bagiku, yang utama tenang, tidak panik, sigap dan ambil inisiatif. Tuhan sudah menyerahkan semua pada umatnya untuk mengatasi masalah dunia. Banjir tak akan berhenti dengan berdoa, kecuali tongkat Nabi Musa kali ya.

Tak terkecuali pemerintah. Sudah jelas-jelas banjir makin menggila dari tahun ke tahun. Karena apa? Banjir itu membawa material kayu gelondongan sisa pembalakan liar dari hulu. Itulah tanda ada pembalakan liar di hulu sungai.

Ini pemerintah malah sibuk mengajak umat melakukan istighosah, doa tolak bala, Asmaul Husna, dan semacamnya. Apa tidak sebaiknya gunakan kekuasaan di tangan untuk menegakkan aturan, memberantas korupsi, memberantas kongkalingkong ala kingkong antara tukang balak dan cukong dengan aparat. Tegakkan aturan. Atasi masalah pembalakan liar secara tidak parsial, tetapi dari hulu hingga ke hilir sampai tuntas.


Jika sudah demikian, nah, baru berdoa.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun