Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Kemewahan Festival Kuliner Gorontalo

21 Mei 2015   13:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:45 1341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama menjadi pemerhati kuliner nusantara, kami belum pernah  mengunjungi Festival Kuliner Gorontalo di Jabodetabek. Beberapa kali kami mengunjungi Festival Kuliner Nusantara yang diselenggarakan oleh kelompok bisnis Summarecon, diantaranya Festival Kuliner Jawa (Jawa Tengah), Minang (Sumatera Barat), dan Sulawesi Selatan di Summarecon Mal Serpong serta Festival Kuliner Sunda (Jawa Barat) dan Wong Kito (Sumatera Selatan) di Summarecon Mal Bekasi.

Mungkin, warga Gorontalo belum banyak yang migrasi ke Jabodetabek, meski menurut sumber yang dapat dipercaya, penduduk resmi Gorontalo hanya 1 juta orang, tetapi warga Gorontalo yang berada di luar  Gorontalo adalah sekitar 2 juta orang. Sehingga belum ada institusi yang berani menyelenggarakan Festival Kuliner Gorontalo di Jabodetabek. Ditambah belum adanya rumah makan Gorontalo yang dibuka di Jabodetabek, sehingga kuliner Gorontalo hanya sering muncul di kalangan terbatas saja. Misal, saat warga Gorontalo merayakan kemerdekaan Gorontalo pada tanggal 23 Januari.

Padahal Gorontalo sangat kaya dengan kuliner yang beraneka ragam yang pada umumnya kaya bumbu dan rempah-rempah, tentunya karena didukung letak geografis Gorontalo yang sangat dekat dengan Maluku sebagai surganya rempah-rempah dari masa lalu sampai sekarang. Karena kedekatan dengan Sulawesi Utara, beberapa sambal juga memiliki kesamaan, seperti sambal rica,-rica, dabu-dabu dan woku. Beberapa kuliner khas Gorontalo yang sudah berhasil kami temui dari studi literature, diantaranya bilenthango dan binthe biluhuta.

Bilenthango adalah makanan khas Gorontalo berupa ikan mujair atau lebih dikenal sebagai ikan Jawa. Cara memasaknya cukup unik ikan mujair dibelah dua lalu dimasak dengan aneka bumbu pedas. Penggorengan diberi alas daun pisang dan sedikit minyak, lalu dimasak dengani api kecil untuk mematangkan ikan.Bagian bumbu disirami minyak panas sedikit demi sedikit sampai terlihat matang. Cara penyajiannya, belahan ikan diatasnya ditaburi bumbu, cabai, daun bawang dan kemangi yang telah matang. Bilenthango disajikan bersamapilitode lo poki-poki yaitu terong santan dan terong bakar. Rasa pedas dan gurih yang menyatu menyebabkan makanan ini terasa enak di lidah.

Hidangan khas Gorontalo lainnya adalah binthe biluhuta atau dikenal juga dengan nama milu siram. Hidangan ini berbahan dasar jagung: milu pulo (jagung putih ketan) dan jagung kuning. Hal ini disebabkan Gorontalo adalah provinsi terbesar sebagai penghasil jagung. Irisan ikan cakalang, irisan daun bawang, daun kemangi, irisan tomat, terong rebus,cabai, kelapa parut, minyak kelapa buatan sendiri atau yang lebih dikenal dengan nama minyak kampung serta jeruk lokal lemon suwanggi merupakan bumbu yang meramaikan soup binthe biluhuta ini. Binthe Biluhuta yang wangi dan gurih ini lazim disajikan bersama ikan oci / mujair bakar dengan bumbu rica serta pepes ikan nike / duwo (ilepao lo duwo).

Festival Kuliner Gorontalo

Sungguh beruntung ketika sedang berada di Gorontalo mendapat undangan dari Omar Niode Foundation, sebuah lembaga nir-laba yang membidangi kegiatan pertanian dan kuliner Gorontalo untuk menghadiri Mini Festival Kuliner Gorontalo. Festival Kuliner ini diselenggarakan di rumah keluarga Niode di jalan Ahmad Yani, Gorontalo.

Ketika menapakkan langkah kaki di halaman rumah yang menurut estimasi sudah dibangun hampir 100 tahun yang lalu, namun masih tampak terawat rapi dan bersih, tak ada kesan kuno dan seram. Di depan pintu masuk, didapati dua minuman yakni es kelapa muda dan es sirsak. Yang tujuannya untuk melunturkan lemak, agar para pengunjung Festival Kuliner berani menyantap lebih banyak.

[caption id="attachment_384721" align="aligncenter" width="300" caption="Ikan Goreng Payangga (dok. pri)"][/caption]

Di dalam rumah, sudah banyak teman-teman wartawan lokal yang ikut meliput festival ini. Kami disambut langsung oleh tuan rumah, yang mempersilakan kami untuk melihat-lihat dan mengambil foto. “Wololo habari”, sapa tuan rumah ramah. Kamipun dengan terbata-bata mencoba menjawab dengan bahasa Gorontalo yang kami ingat “piyo piyo hu”, yang artinya “kabar baik”. Ruang depan dan samping rumah telah disulap menjadi tempat penyajian makanan. Di ruang depan berjajar makanan utama, yang terdiri atas : sup laksa la hulondhalo, kari ayam, sate sapi rica bawang, ikan goreng payangga, abon ayam moronggi, pilitode lo pakis, sambal goreng putungo, ihutilinanga (terong goreng) dan daging garo. Yang paling spesifik adalah ikan goreng payangga, ikan yang diambil dari danau Limboto yang  makin mengering, sehingga dikawatirkan suatu hari ikan jenis ini akan punah. Sedangkan abon ayam moronggi sangat unik dalam pembuatannya, karena memerlukan waktu hingga 10 jam.  Sambal Goreng Putungo, sepintas tampak terbuat dari bahan daging, padahal sebenarnya adalah dari bahan jantung pisang dan kelapa parut, sama halnya dengan Lipitode lo pakis, adalah makanan yang terbuat dari pakis yang diberi santan. Jadi, secara bahan baku makanan, kuliner Gorontalo tidak hanya dari bahan ikan saja, melainkan sangat beragam juga diperkaya oleh daging sapi, kambing maupun ayam.

[caption id="attachment_384723" align="aligncenter" width="300" caption="Wapili, sejenis wafer (dok pri)"]

14321889651806421834
14321889651806421834
[/caption]

[caption id="attachment_384729" align="aligncenter" width="300" caption="Kudapan dan makanan penutup (Sumber : Donald)"]

14321895241723477470
14321895241723477470
[/caption]

Sedangkan pada ruang samping berjajar aneka kudapan dan makanan penutup, seperti : wapili, aliyadala, jagung pulut rebus (milu pulo) dan putungo, kacang bakar, tobu’u / kue perahu, gohu, kue karawo, biyapo, popolulu dan kopi Pinogu.  Wapili adalah bahasa Gorontalo untuk wafel, sedangkan aliyadala adalah kue yang terbuat dari ubi kayu dengan parutan kelapa dan gula aren yang dipanggang. Tobu’u adalah makanan penutup yang berbentuk seperti kue talam berbungkus daun pisang dengan isi gula aren di dalamnya, teksturnya lembut disantap dengan senduk kecil, sehingga terasa seperti puding. Sementara gohu adalah sejenis minuman dari buah pepaya muda atau setengah matang yang diberi cuka. Biyapo seperti halnya dengan bapao dengan isi daging ayam cincang atau unti (kelapa muda dengan gula merah), lalu ada popolulu yang terbuat dari bahan ubi jalar dengan gula aren.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun