Kudus sebagai kota santri memiliki banyak festival atau tradisi keagamaan. Hampir sepanjang tahun berlangsung festival satu yang disambung dengan festival lainnya.
Kita mulai saja dari festival Dandangan, festival yang diadakan untuk menyongsong datangnya bulan suci Ramadan. Biasanya saat festival berlangsung banyak booth-booth produk lokal maupun produk kreatif. Menurut kepercayaan penduduk Kudus, meski ikut festival, biaya yang dikeluarkan belum mencapai break even point, disebabkan biaya sewa booth yang makin mahal, namun dampak dari festival ini berimbas pada penjualan sesudahnya. Maka para UMKM selalu berani mengikuti festival.
Festival lazimnya diisi dengan peragaan budaya dan karnaval.
Sedangkan festival yang diadakan satu minggu setelah Lebaran atau pada bulan Syawal adalah Sewu Kupat, yang juga dikenal dengan nama Kupatan.
Berlangsung arak-arakan gunungan ketupat sebagai pernyataan syukur atas selesainya ibadah puasa dan datangnya hari kemenangan. Ketupat itu lalu diperebutkan oleh masyarakat.
Lalu ada festival Kali Gelis di bantaran kali Gelis didirikan booth-booth yang diisi pedagang UMKM, yang menjajakan produk lokal dan kuliner lokal, seperti jenang Kudus, keciput, madu mongso, gethuk nyimut, geplak sari, dan stik godhong kersen.
Perayaan berdirinya Menara  pada bulan Rajab.
Masih di kawasan Menara Kudus, tepatnya pada makam Sunan Kudus, pada bulan Suro dilakukan penggantian penutup makam, dikenal dengan nama Buka Luwur. Biasanya pada tanggal 10 bulan Suro atau Muharram.
Lazimnya dibagikan nasi jangkrik kepada masyarakat. Nasi jangkrik adalah kuliner khas Kudus berupa nasi dengan daging kerbau yang enak.Â
Tradisi memberi.makan Bulus disebut Bulusan, yang diawali dengan kirab.
Ada pula festival Kopi Muria yang memperkenalkan cita rasa kopi Muria agar lebih dikenal.