Klenteng tertua di Tangerang ini terletak di tengah pecinan, yang merupakan asal muasal datangnya orang Tionghoa di kota ini yang kemudian terkenal dengan sebutan Cina Benteng.
Adanya orang Tionghoa mengakibatkan banyak kuliner Tionghoa, yang diadaptasi menjadi kuliner khas Tangerang, seperti roti daging babi cincang, bakso lohua, bakmie, laksa, bakcang, lontong opor dan kecap.
Klenteng yang sangat menyolok karena didominasi warna merah, banyak lampion  bergantungan, dengan sepasang naga mengapit mutiara di bagian atapnya.
Halaman depan berubin merah yang pada pintu masuk dikawal dua patung singa yang didatangkan dari Tiongkok. Pada bagian depan terdapat menara pembakaran kertas doa dan pedupaan hiolo utama berwarna kuning, tempat hio bagi Tuhan atau Dewa Langit. Sedangkan di belakangnya terdapat patung Dewi Kwan Im yang dikelilingi oleh dewa dewi pendukung.
Diperkirakan klenteng ini dibangun pada tahun 1684, dan direnovasi besar-besaran pada tahun 1844.
Salah satu acara tahunan yang diadakan oleh klenteng ini adalah lomba perahu naga di sungai Cisadane pada saat Peh Cun.
Dan Gotong Toapekong saat merayakan ulangtahun klenteng. Patung Toapekong diarak dengan joli.
Dua destinasi wisata yang sudah menjadi cagar budaya ini mudah dicapai, karena dekat dengan stasiun Tangerang, terletak di kawasan Pasar Lama Tangerang.
Yuk berkunjung kesana, guna meningkatkan semangat toleransi kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI