Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Sudahkah Berkunjung ke Istana Cipanas?

28 Februari 2025   05:00 Diperbarui: 28 Februari 2025   16:02 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Istana Cipanas (dokpri)

Istana adalah bangunan yang paling sulit dikunjungi, apalagi bila kita bukan pejabat, alias rakyat biasa. Itulah sebabnya saya selalu memanfaatkan momen yang berkaitan dengan masuk istana, baik di dalam maupun di luar negeri.

Sebagian istana ada yang sudah terbuka, bahkan dimanfaatkan untuk kunjungan wisata, misal istana Versailles di Prancis dan Buckingham Palace di Inggris.

Juga keraton Solo, Yogya dan Cirebon sudah boleh dikunjungi. Bahkan istana Negara di Jakarta dan Istana Bogor.

Kali ini saya berkesempatan mengunjungi istana Cipanas dalam acara Click dan Kreatoria.

Tepatnya, kami berombongan 11 orang dengan dua mobil menuju istana Cipanas. Pada hari Rabu 26 Februari 2025. Perjalanan berangkat lancar, hanya pulangnya agak tersendat oleh turunnya kabut dan kemacetan.

Setelah melaporkan diri pada petugas jaga, kami diingatkan kembali hanya boleh membawa masuk satu kamera dan satu gawai, namun tidak boleh merekam dalam format video. Semua gawai peserta dikumpulkan dalam sebuah tas untuk disimpan di dalam loker, hanya boleh membawa tumbler air minum. Semua tas harus disimpan di mobil. Setelah semua persyaratan dipenuhi, kami mendapatkan seorang pemandu, bapak Heru.

Pada awalnya pak Heru menceritakan sejarah Istana Cipanas ini. Dibangun oleh Belanda pada 1740 sebagai tempat peristirahatan seorang tuan tanah, van Heots, karena disana ditemukan sumber air panas alam. Jadi lebih fokus pada kesehatan. Kemudian diambil alih menjadi tempat peristirahatan Gubernur Jenderal sejak Gubernur Jenderal Willem Baron van Imhoff (1743).

Saat pendudukan Jepang, tanah seluas 26 ha ini hanya dijadikan tempat transit pejabat-pejabat Jepang. Setelah Indonesia Merdeka Pemerintah RI mengubah fungsinya menjadi Istana Kepresidenan Cipanas.

Meski begitu, selain Presiden juga boleh tinggal hanya pada kamar yang sesuai peruntukan, Presiden, keluarga Presiden, Wakil Presiden dan Menteri.

Istana terdiri dari bangunan utama, paviliun Yudistira, paviliun Bima, dan paviliun Arjuna. Yang dibangun pada era kolonial, sangat kokoh bahkan terhindar dari bencana gempa Cianjur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun