Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nostalgia Bersama Film Unyil

10 Februari 2025   16:00 Diperbarui: 11 Februari 2025   08:26 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Je berupa maskot ondel-ondel yang mengenakan hiasan kembang kelapa, berwajah ceria, berkumis ala Abang Jampang.

Ka berbentuk macan bertelinga robot yang mengenakan baju pangsi yang biasa dikenakan Jawara Betawi. Maskot ini melambangkan semangat juang Jakarta menuju kota modern.

Sedangkan Te memiliki kepala seperti api emas Monas yang melambangkan keberhasilan Jakarta.

Tiga boneka ini dipenghujung acara dibagikan kepada tiga orang / institusi, yaitu PFN, dan dua pemenang lomba IG Story selama open house.

Kemudian muncul pula roti buaya, dua ekor buaya dengan anaknya yang sering muncul pada acara seserahan pengantin Betawi sebagai lambang cinta.

Roti buaya (dokpri)
Roti buaya (dokpri)

Setelah sebagian peserta berfoto bersama roti buaya, maka dicabuk-cabiklah roti tersebut untuk dicicipi bersama sambil menyanyikan lagu "Happy Birthday".

Menurut Ira Lathief, penggunaan roti buaya adalah tradisi WKJ saat perayaan ulang tahun untuk menggantikan kue tart.

Tibalah acara makan minum bersama, PFN selaku tuan rumah menyediakan makanan rakyat berupa ubi, pisang, dan jagung rebus serta wedang bandrek atau kopi. Sekalian menyerbu makanan potluck yang dibawa peserta. Karena melimpahnya makanan, sampai bisa dibawa pulang dengan tupperware atau bekas kemasan makanan, bahkan ada yang dibungkus dengan tissue.

Kemudian kami berkumpul di Black Box untuk mendengarkan presentasi dan tanya jawab.

Pertama tampil Ihsan C., Sekretaris Perusahaan yang memaparkan visi misi perusahaan, termasuk program bisnis dan initiatif yang dilakukan PFN. Disambung dengan Sunu Pitoyo, Expert Team yang menyampaikan film-film yang telah diproduksi PFN. Dan terakhir, Raka Kaka, staf Teknologi Informasi yang menjelaskan tentang teknologi XR (eXtended Reality) yang mampu menghasilkan produk virtual yang menggabungkan digital dengan fisik secara real time  Yang sangat menghemat biaya produksi, misalnya harus shooting di tiga negara berbeda, cukup mengirimkan beberapa personil melakukan shooting di negara tersebut, setelah pulang digabungkan dengan artis pendukung dengan teknologi XR.

Acara puncak yang ditunggu-tunggu adalah menyaksikan film boneka "Unyil". Pertama diputar versi baru dengan tema "Tanggung Jawab", kemudian versi lama dengan tema "Kera Sakti". Jadilah semua peserta bernostalgia dengan Unyil, Usro, Ucrit, pak Ogah dan bu Bariah.

Nobar
Nobar "Unyil" (dokpri)


Acara nonton bersama sempat agak terganggu, karena munculnya teriakan atau celoteh anak balita. Seharusnya Panitia secara konsisten tegas menolak kehadiran anak balita. (Ini sekadar kritik positif ya).

The Best Dress (sumber gambar: Corry)
The Best Dress (sumber gambar: Corry)

The Best IG Story (sumber gambar: Corry)
The Best IG Story (sumber gambar: Corry)

Setelah serah terima cindera mata antara PFN dan WKJ, diumumkan pemenang The Best Dress dan The Best IG Story (yang dimenangkan pengirim terbanyak). Lalu foto bersama di Black Box.

Foto bersama (sumber gambar: Ira)
Foto bersama (sumber gambar: Ira)


Sebagian peserta langsung pulang, sebagian mengisi Google Review guna mendapatkan souvenir khusus dari WKJ. Dan sebagian lagi berfoto dengan boneka Unyil dan kawan-kawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun