Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mindful Eating, Singkirkan Makan Karena Nafsu

3 Februari 2024   20:00 Diperbarui: 3 Februari 2024   20:01 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber gambar: cnnndonesia.com)


Mungkin Anda belum pernah mendengar istilah Mindful Eating. Konsep makan ini mulai terkenal disamping diet atau menjadi vegetarian.

Konsep ini banyak digemari di kalangan Gen Z yang pada umumnya rajin berolahraga dan senang berwisata.

Dua hobi ini tentu berkaitan dengan pola makan, sehabis berolahraga pasti lapar, dan biasanya pasti berlomba cari makan. Seperti pernah saya alami bersama teman-teman komunitas fun run. Sehabis lari, pasti ramai usulan untuk pergi kuliner, entah makan bubur atau makan mie yang lagi hips.

Sedangkan wisata, pada umumnya kita selalu ingin mencicipi kuliner khas destinasi wisata, misal ke Yogyakarta dengan nasi gudegnya, ke Semarang dengan nasi goreng babatnya, atau ke Thailand dengan pad thai-nya.

Kedua hobi ini memang bertentangan dengan konsep Mindful Eating. Karena Mindful Eating adalah konsep yang sangat memperhatikan apa yang akan kita makan dan gunanya. Jadi, bukannya asal pergi makan ramai-ramai atau asal ingin mencicipi kuliner khas suatu daerah.

Memang bila kita berhasil menerapkan konsep Mindful Eating dengan benar, tubuh kita bisa terhindar dari kelebihan berat badan (overweight), meski tanpa melakukan diet.

Pada konsep Mindful Eating, kita harus memikirkan kapan kita perlu makan, dan makanan apa yang harus kita asup. Teori makan yang baik adalah makan makanan yang bervariasi. Jadi jangan makan mie Bangka tiap hari, gara-gara kita sangat suka. Kita harus memiliki program apa yang kita makan tiap hari dan tiap waktunya. Misal makan pagi apa, makan siang apa, dan makan malam apa. Bahkan ahli nutrisi menambahkan harus mengukur berapa gram kalori yang diasup tiap kali makan.Jadi, buatlah menu mingguan seperti perusahaan catering menawarkan menu pada pelanggannya.

Misal hari pertama kuliner Italia dan Jawa, hari kedua kuliner TexMex dan Padang, hari ketiga kuliner China dan Aceh, dan seterusnya.

Karbo hidrat yang diasup juga bisa bervariasi dari nasi putih / nasi merah / nasi coklat, nasi kuning, lontong, kentang rebus, mashed potato, jagung, atau ketela. Sayuran pun juga perlu di variasi, dari sayur rebus hingga kacang-kacangan atau biji-bijian. Buah yang diasup juga perlu  bervariasi dari pepaya, pisang, melon, jeruk, atau buah naga.

Jadi baik makan di rumah atau makan di restoran sudah terpikir menu yang akan dipilih atau dipesan. Seorang yang menjalankan konsep Mindful Eating tidak akan makan secara kalap dengan memesan aneka lauk satu meja penuh. Bila harus menghadiri pesta dengan makan meja (table served) biasanya mampu menahan diri dengan tidak mengambil makanan dalam ukuran terlalu banyak.

Penganut konsep Mindful Eating juga terbiasa berhenti makan sebelum kenyang. Itulah sebabnya Mindful Eating lebih manjur daripada diet ketat. Bedanya penganut konsep Mindful Eating tidak memiliki pantangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun