Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Sia-siakan Waktu Berkualitas

30 Desember 2022   05:00 Diperbarui: 30 Desember 2022   05:34 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gawai (sumber: unnies.ac.id)


Sekarang era digital, semua serba cepat, mesin nenggantikan manusia dimana-mana. Tidak ada lagi gadis cantik dengan senyum manis di bank yang kita kunjungi. Mungkin sebentar lagi, nonton bioskop juga tidak ada penjual tiket di loket. sekarangpun kita sudah dapat membeli tiket melalui mesin yang ada di depan bioskop atau melalui aplikasi, misal m-tix.

Kita tidak perlu takut ketinggalan dompet, tetapi justru panik kalau ketinggalan gawai / HP. Terlebih lagi saat Covid-19 sedang ganas-ganasnya, tanpa gawai yang memuat aplikasi Peduli Lindungi, jangan harap bisa masuk ke rumah makan, pasar swalayan, mall maupun menjadi tamu di kantor yang kita kunjungi. Begitu juga transaksi gerai kopi, sudah tidak menerima uang tunai lagi, harus menggunakan QRIS atau uang elektronik. 

Dulu tunai menjadi segala-galanya, sekarang digital yang menguasai dunia. Tidak adalagi cerita di pelatihan sales, tentang lelaki kumuh dengan tas kresek masuk ke showroom nobil, lalu melakukan transaksi dengan uang tunai yang dibawanya di kantong kresek. Cerita ini sudah usang dan tidak sesuai zaman di pelatihan layanan pelanggan. Semua transaksi sebaiknya dilakukan melalui transfer bank atau secara digital, penggunaan kartu kreditpun sudah mulai ditinggalkan.

Sekarang ke rumah nakanpun, sebaiknya membawa gawai. Karena rumah makan tidak lagi nenyediakan menu tertulis, tetapi harus dipindai oleh gawai. Bahkan untuk memesan makanan / minuman pilihan harus menggunakan aplikasi. Maka jangan lupa bawa gawai kita, bila tidak mau disebut kuper (kurang pergaulan).

Memang sekarang serba enak, tak perlu antre berlama-lama di bank, semua transaksi dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, asal kita memiliki saldo yang cukup di bank, semua transaksi dapat dilakukan melalui aplikasi bank berjalan (mobile banking).

Kemudahan era digital juga mendekatkan kita dengan keluarga, teman dan relasi yang terdapat di luar negeri atau di luar kota. Kalau dulu, kita harus bersurat dan harus menunggu berhari-hari lamanya, setelah muncul surat elektronik, surat pos sudah hampir dilupakan orang. Kini tak ada lagi kartu Natal atau kartu Lebaran, sudah digantikan oleh sosial media yang lebih interaktif dengan video, musik dan gambar yang hidup.

Dalam hitungan detik, kita dapat menerima surat berikut lampirannya berupa file atau gambar. Dengan demikian mendekatkan semua yang jauh.

Namun sebaliknya, justru ironis, karena dengan kemudahan ini kita harus terpaku pada gawai. Kita selalu sangat tergantung pada gawai, seolah bila tidak membuka gawai kita akan menjadi orang paling kudet (kurang update) sedunia. Karena kita akan ketinggalan informasi yang disebarkan oleh media bahkan oleh teman-teman kita sendiri.

Coba perhatikan bila kita ke rumah makan, sebuah keluarga berkumpul pada sebuah meja, namun semuanya ayah, ibu, maupun anak-anaknya tetpaku dengan gawainya masing-masing. Demikian pula bila menemukan teman-teman berkumpul di sebuah rumah makan, semuanya juga sibuk dengan gawainya. Tujuannya sih reuni, tetapi mereka sibuk dengan dirinya sendiri. Jadi seakan-akan dunia digital nenjauhkan yang dekat.

Bagaimana supaya waktu berkualitas (quality time) dapat tetap kita terapkan dalam keluarga kita atau lingkungan kita? Sebaiknya bila ada acara makan bersama, semua gawai dikumpulkan dalam satu wadah, misal mangkuk (bowl), sehingga kita dapat berbicara, berbicang dan versenda gurau tanpa diinterupsi oleh gawai masing-masing. Demikian pula saat acara kumpul bersama saat Lebaran, Natal atau Tahun Baru, kiat diatas dapat dipraktekkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun