Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Yuk Berwisata ke Turki dan Melihat Suasana Lebaran di Sana

1 Mei 2022   03:00 Diperbarui: 1 Mei 2022   06:38 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cappadocia (sumber: kontan.co.id)

Sore ini, Koteka, Komunitas traveler Kompasiana berkolaborasi dengan ClICK, komunitas Kompasianer pengguna Commuter Line, menyajikan sebuah webinar dengan tajuk "Cappadocia dan Suasana Lebaran di Turki". Narasumbernya, Muthiah Alhasany, Ketua CLICK dan dipandu oleh Ony Jamhari, Ketua Koteka.

Muthiah yang lahir di Yogyakarta ini menamatkan S1-nya di UNJ, serta aktif di kewartawanan dan pernah aktif pada sebuah partai politik. Saat ini tinggal di Depok.

Muthiah paling banyak menuliskan tentang Turki di Kompasiana, pengetahuannya mengenai Turki sangat dalam, karena dia pernah belajar Sufi pada tahun 2010-2011 dan harus menetap di Turki. Muthiah mempelajari Sufi di Konya, pada Institut Jalaludin Rumi. Tetapi homebasenya adalah Istanbul, jadi dia menjelajah Turki tetapi tetap kembali ke Istanbul. jarak Konya - Istanbul kira-kira 9 jam dengan bis. Dari Rumi yang dipelajari adalah tentang cinta dari Allah yang sifatnya universal, tidak ada benci sehingga memberi ketenangan hidup. Rumi sendiri sudah lama wafat, hanya ajarannya yang masih dipelajari banyak orang hingga sekarang.

Menurut Muthiah, bila orang Indonesia beranggapan bahwa Turki adalah negara Islam adalah salah. Hal ini karena rendahnya minat baca orang Indonesia. Orang Indonesia lebih kuat Islam-nya dibanding orang Turki.

Memang benar, Turki adalah negara Islam, ketika kerajaan Ottoman menguasai Turki. Sekarang Turki sudah menjadi Republik, dan merupakan negara sekuler.

Saat Turki menjadi Republik, ajaran Rumi banyak tergerus oleh paham sekulerisme, sehingga banyak yang disebut "Islam KTP".

Saat ini Turki menjadi destinasi wisata yang diminati. Terlebih sejak diputarnya film ,"In My Dream". Untuk pergi ke Turki bila langsung sekitar 8 jam, tetapi bila harus transit bisa sekitar 12 jam. Saat ini banyak biro perjalanan menawarkan program ke Turki karena bebas visa dan tidak perlu PCR.

Untuk mengeksplorasi Turki diperlukan minimal 12 hari. Tetapi sebaiknya pergi dengan tour karena lebih murah dan ada pemandu wisata mahasiswa Indonesia di Turki. Bila ingin bebas dan pergi sendiri kendala utama adalah bahasa, bila tidak menguasai bahasa Turki. Warga Turki yang bisa bahasa Inggris hanya di Istanbul, di luar Istanbul terpaksa menggunakan bahasa Tarzan (bahasa isyarat).

Turki sangat panas, khususnya pada bulan Agustus, bisa 40-60 derajat. Tetapi bila ingin naik balon udara disarankan pergi saat musim panas. Tetapi bila ingin melihat bunga tulip, pergilah saat musim semi (sekitar April). Bunga tulip banyak diekspor ke Eropa, termasuk Belanda.

Selain itu bila senang melihat peninggalan Bysantium, berupa kuil-kuil dewa-dewi. Jangan pergi ke Yunani, tetapi pergilah ke Turki. Salah satu yang terkenal adalah kuil Medusa, dewi berkepala ular.

Hati-hati bila ada orang yang berbaik hati nengambilkan foto, sesudahnya akan minta ditraktir minum di Cafe dan Anda kena ketok harganya.

Mandi uap ala Turki banyak didapati, biasanya lebih banyak untuk pria, karena wanita di Turki terutama yang sudah menikah lebih banyak di rumah. Tempat mandi uap, biasanya terpisah untuk pria dan wanita.

Wanita Turki tidak ada yang memakai jilbab, rata-rata hanya memakai scarf.

Ada suku Kurdi di Turki, tetapi orang Turki tidak senang disebut orang Kurdi, karena suku Kurdi adalah kaum separatis di Turki.

Sebenarnya daerah yang berada di 2 benua adalah Istanbul, yang 3/4 Eropa dan 1/4 Asia, yang lain kebanyakan berada di Asia.

Destinasi wisata yang terkenal adalah Haga Sophia, didirikan sebagai Gereja saat Romawi berkuasa. Saat Ottoman berkuasa beralih fungsi menjadi masjid. Saat menjadi Republik beralih menjadi museum. Baru pada tahun 2020 mulai terdengar suara azan karena dialih fungsikan lagi menjadi masjid. Tetapi ornamen Yesus dan Maria tidak dihancurkan, hanya ditutup dengan kain bertuliskan kaligrafi.

Bicara masalah kuliner di Turki, menu utama mereka adalah roti yang keras dsantap dengan daging, telur, potongan keju dan yoghurt. Mereka banyak mengkonsumsi yoghurt dan zaitun. Pada saat minum teh sambil ngobrol sering disajikan buklava, sejenis kue yang manis.

Ice cream Turki tidak ada istimewanya soal rasa, tetapi penjualnya pandai beraktraksi.

Bila Anda ingin menyaksikan tari Sufi (dimainkan oleh pria) dan tari perut, baiklah kapal pesiar eksklusif. Kalau naik kapal pesiar murah hanya bisa foto-foto saja. Tetapi tari perut banyak dipertunjukkan di cafe, bahkan yang dekat masjid.

Hari Nasional di Turki adalah saat beralihnya ke Republik pada bulan Agustus, dan Februari untuk memperingati terjadinya kudeta  terhadap Presiden Erdogan yang saat Turki  mau direbut orang Eropa.

Cappadocia

Salah satu destinasi wisata yang paling populer adalah Cappadocia, yakni naik balon udara untuk menikmati matahari terbenam. Pemandangan sangat indah, terlebih karena banyaknya balon udara.

Jarak antara Istanbul ke Cappadocia sekitar 12 jam dengan bis. Waspadalah bahwa harga tour pada umumnya belum termasuk biaya untuk naik balon udara. Umumnya bersifat optional dimana harus membayar tersendiri. Untuk naik balon udara antara 2-3 jam itu biayanya bermacam-macam, yang kapasitas penumpang 28 orang 120 Euro (sekitar 2 juta Rupiah), ada yang 150 atau 200 Euro, jumlah penumpang lebih sedikit. Di Cappadocia terdapat sekitar 20 balon udara dengan warna menarik. Anda tidak punya uang? Tetapi ingin selfie dengan latar belakang balon udara, ada tricknya. Pergilah ke rooftop, dan lakukan selfie dengan latar belakang balon udara, orang yang melihatnya pasti akan mengira Anda pernah naik balon udara.

Cappadocia adalah daerah Kristen di Turki. Tidak terasa suasana Ramadan disana.

Suasana Ramadan dan Lebaran di Turki

Orang Turki jarang yang menjalankan ibadah puasa. Tapi anehnya saat taraweh penuh, meski siangnya tidak puasa.

Ada tradisi mudik juga saat Lebaran, meski libur hanya hari Idul Fitri, tidak ada tambahan cuti bersama seperti di Indonesia.

Ada juga petasan, hanya disulut secara terpusat. Anak-anak yang keliling mengumpulkan uang dari orang dewasa juga ada, tetapi kadang diberikan makanan atau coklat.

Tidak ada makanan khusus seperti ketupat Lebaran dengan opor ayam dan sambal hatinya. Ini tradisi khas Indonesia.

Ada sholat Ied namun hanya dihadiri kaum pria, karena kaum wanita lebih banyak di rumah. Bahkan di masjid-masjid kecil, wanita sering ditolak, hanya diterima bila pergi ke masjid besar.

Pria Turki biasa mengenakan jas bila pergi ke masjid, misal untuk sholat Jum'at. Setelah sholat biasanya saling menyemprotkan parfum.

Pesan dari Muthiah untuk wanita Indonesia, jangan mudah dirayu pria Turki meski mereka ganteng, karena mereka bukan pemeluk Islam yang taat dan wanita di Turki setelah menikah kehilangan kebebasan.

Bila wanita, sebaiknya jangan pergi sendirian karena disana banyak pria iseng. Bagi yang punya dana, sekarang saatnya pergi ke Turki karena nilai uang Lira Turki sedang terdepresiasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun