Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "Beragam Lintas Budaya" Mengawali Festival Kebhinekaan 4

25 Februari 2021   05:19 Diperbarui: 1 Maret 2021   09:21 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tari Pendet (sumber: travelyuk.com)

Kamera dari pengambil gambar sempat menyorot lukisan yang juga merupakan sebuah budaya.
Film diakhiri dengan pertunjukan barongsay pada Tahun Baru Imlek yang dimainkan oleh gabungan warga Tionghoa dan warga pribumi. Pertunjukan barongsay dan semua kegiatan yang bernuansa budaya Tionghoa termasuk tulisan kaligrafi Tionghoa sempat pernah dilarang di Indonesia pada era Orde Baru dan Perpres itu baru dicabut saat Gus Dur menjadi Presiden RI ke empat.

Jadi, film "Beragama Lintas Budaya" ingin menunjukkan betapa kayanya ragam lintas budaya yang bertumbuh di Indonesia.

Tari, musik, lukisan dan lagu merupakan budaya yang multi kultural. Tema film ini sangat tepat digunakan sebagai sarana belajar, guna menunjukkan betapa baiknya keberagaman bila dibandingkan dengan monokulturalistik yang bersifat merusak nilai kesatuan NKRI.

Manusia dan alam dirajut oleh budaya akan mampu mengantisipasi gerakan anti Aseng anti Kristen dan pengkafiran umat yang tidak sealiran  pada masyarakat perkotaan.

Inspiring Talk

Setelah pemutaran film, Gus Roy Murtadho dari pesantren di Bogor memberikan contoh bahwa cara penyebaran agama Islam di Indonesia berbeda dengan penyebaran Islam di negara lain. Bila penyebaran agama Islam di negara lain dilakukan dengan jalan perang, sedangkan penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan dengan jalur pendekatan budaya. Sebagai contoh Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga menggunakan tari Topeng Cirebon sebagai media dakwah. Itulah sebabnya ciri Islam di Indonesia harusnya inklusif dan terbuka dan damai.

Pengajian yang berkonotasi politik telah mengintervensi Islam melalui pengajian kepada ibu-ibu sehingga Islam dibelokkan menjadi radikal dan monokultural. Juga Roy Murthado terpaksa meninggalkan Tebu Ireng karena di Bogor dia mendapat tantangan guna mengantisipasi Islam yang ekslusif yang masuk melalui jalur pendidikan.
Dicontohkan, kopiah hitam adalah kopiah khas Indonesia yang diperkenalkan oleh Bung Karno, Proklamator dan Presiden RI pertama. Jadi bukan kopiah khas Arab yang harus dikenakan.

Baju koko yang banyak dipakai umat Islam juga asalnya dari China, kenapa sekarang harus anti China, demikian pungkas Roy Murthado mengakhiri bahasannya.
Inspiring Talk dilanjutkan dengan nenampilkan nara sumber kedua Agustinus Wibowo yang membahas "Memaknai Tanah Air". Agustinus Wibowo pernah tinggal di Afghanistan dan Papua Nugini.

Bagi Anda yang berminat berpartisipasi pada festival ini, silakan mendaftar pada mampir.in/fesbin4, dan tidak dipungut biaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun